SOLOPOS.COM - Pengendara melintasi jalur Solo-Selo-Boyolali (SSB) saat ada perbaikan jalan, Sabtu (9/3/2015). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos/dok)

Penambangan ilegal Boyolali membawa dampak serius bagi infrastruktur dan pariwisata.

Solopos.com, BOYOLALI — Dampak penambangan ilegal di Kawasan Selo, Boyolali, meluas. Sektor pariwisata dan ekonomi Selo mulai terpukul akibat kerusakan jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) yang merupakan dampak dari maraknya penambangan ilegal di wilayah tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sejumlah pelaku pariwisata menyebut tingkat kunjungan wisatawan di sejumlah desa wisata di Selo anjlok hingga 70%. Biaya produksi pertanian melonjak bahkan angkutan umum dari Boyolali enggan naik sampai Selo.

Seorang guide asal Desa Samiran, Much.Sony, mengatakan sejak jalur SSB rusak parah, spot-spot wisata di Selo sepi pengunjung. Sebut saja, kawasan New Selo, jalur Ketep, air terjun Kayang, dan desa wisata Samiran.

“Tingkat kunjungan turun 70%. Terutama wisatawan lokal. Jalan remuk baik dari arah barat atau timur, bikin orang enggan datang ke Selo,” kata Sony.

Homestay yang baru menjamur di Selo pada tahun 2013, belakangan sepi pengunjung. Biasanya, setiap akhir pekan banyak wisatawan dari kalangan keluarga yang menginap di homestay kemudian pada pagi harinya berwisata agro ke Samiran dan sekitarnya.

“Sekarang nihil, akhir pekan sepi,” ujar dia.

Sony mempertanyakan komitmen pemerintah menyikapi masalah kerusakan infrastruktur akibat penambangan ilegal.

“Akar masalahnya kan ada di tambang ilegal itu. Kok tidak segera ditertibkan? Kami bukannya tidak setuju penambangan tetapi semestinya pakai aturan, menambang manual dan frekuensi truk juga diatur agar tidak merusak jalan,”imbuh dia.

Yang lebih memprihatikan, kata Sony, anak-anak sekolah sering terlambat tiba di sekolah karena jalan macet dan harus antre dengan iring-iringan truk.

“Guru-guru tidak dapat angkutan karena bus tidak mau naik sampai Selo. Angkutan umum dari Boyolali hanya sampai Cepogo. Ini artinya dampak ikutan dari penambangan ilegal sudah luar biasa,” ujar dia.

Di sektor pertanian, biaya produksi meningkat tajam. Distribusi sayuran terhambat bahkan harga pupuk semakin mahal. “Penjual pupuk mau naik ke Selo, tapi harganya lebih mahal.”

Menurut pegiat pariwisata Selo, Widodo Partono, SSB adalah jalur wisata yang saat ini kondisinya memprihatinkan.

“Rusak parah bahkan nyaris tidak bisa dilalui kendaraan. Kondisi ini sangat memukul sektor pariwisata. Kunjungan ke desa wisata Samiran, Lencoh, dan Wonolelo anjlok 70%,” ujar Widodo.

Dia berharap segera ada solusi karena petani juga mulai sambat.

“Biasanya petani memperoleh pendapatan dari kunjungan wisata karena ada paket petik sayur, perah susu dan sebagainya. Tapi sekarang nihil,” kata Widodo, yang juga Asisten Manager Batari Tour and Travel Boyolali.

Menurut Widodo, wisatawan sudah mengetahui kondisi jalur SSB dari media sosial. “Mereka sudah tahu lebih dulu dari media sosial. Jadi sudah enggan ke sini.”

Pegiat pariwisata sulit mencari alternatif tempat wisata lain pengganti Selo karena wisata Selo dinilai spesifik, yakni wisata gunung dengan kombinasi agrowisata.“Tempat lain seperti Selo di Boyolali, ya sudah tidak ada lagi. Alternatif mungkin ke Tawangmangu, Karanganyar, tapi buat Boyolali itu eman-eman.”

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Boyolali, Mulyono Santoso, mengakui kondisi ini. Kerusakan jalur SSB akibat penambangan ilegal telah memberikan dampak terhadap pariwisata.

“Ya kalau kaitannya sama penambangan kan dinas terkait semestinya bertindak menertibkan,” kata Mulyono.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya