Soloraya
Sabtu, 23 Mei 2015 - 04:10 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : 9 Kecamatan Terima Bantuan Pengembangan Jaringan Irigasi

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Pertanian Boyolali di sembilan kecamatan akan menerima bantuan untuk pengembangan jaringan irigasi.

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak sembilan kecamatan di Kabupaten Boyolali akan memperoleh bantuan sosial bidang prasarana dan sarana pertanian untuk pengembangan jaringan irigasi dari APBN-P 2015.

Advertisement

Selain itu, beberapa desa di Kecamatan Ngemplak, Boyolali yang menerima bantuan tersebut adalah Desa Kismoyoso, Giriroto, Manggung, dan Gagaksipat. Tak hanya di Ngemplak, bantuan serupa juga diberikan kepada sejumlah desa di Kecamatan Nogosari, Simo, Sambi, Wonosegoro, Ampel, Mojosongo, Teras, Banyudono, dan Sawit.

Kepala UPT Pertanian Kecamatan Ngemplak, Sukani, mengatakan hingga Kamis (21/5/2015) bantuan kepada kelompok tani/Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di empat desa di Kecamatan Ngemplak masih dalam proses pencairan.

Sukani menjelaskan 75% dari dana bantuan untuk pembelian material dan 25% sisanya untuk insentif tenaga kerja.

Advertisement

Sukani menambahkan seluruh pengerjaan rehabilitasi diserahkan kepada kelompok tani dengan pengawasan dari UPT Pertanian. Bantuan dana senilai Rp1 juta per 1 hektare akan ditransfer ke rekening masing-masing ketua kelompok tani. Volume luasan tiap wilayah bervariasi dari 25 hektare-45 hektare.

“Bantuan ini dananya langsung dari pemerintah pusat. Sumber dananya dari APBN-P 2015. Untuk Giriroto, Manggung, dan Kismoyoso masing-masing mendapat Rp50 juta, sementara Gagaksipat mendapat Rp35 juta,” kata dia saat dijumpai Solopos.com di kantornya, Kamis (21/5/2015).

Sementara itu, Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Daerah irigasi Cengklik, Samidi, mengatakan hampir seluruh saluran irigasi di wilayah Desa Ngemplak membutuhkan rehabilitasi, terutama untuk menghadapi musim kemarau tahun ini.

Advertisement

Samidi mencontohkan ada banyak saluran irigasi di Desa Gagaksipat yang sudah tidak lagi berfungsi. Dia menjelaskan hal tersebut terjadi setelah pengembangan bandara Adi Soemarmo 1997 lalu.

“Dulunya saluran irigasi di Desa Gagaksipat sumber aliran airnya dari Bendung Brajan. Kemudian setelah pengembangan bandara, banyak yang beralih fungsi jadi rumah-rumah,” kata dia kepada Solopos.com seusai pertemuan GP3A, Kamis (21/5/2015).

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif