Soloraya
Selasa, 27 Maret 2018 - 02:35 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : BBWSBS Butuh Rp2 Miliar untuk Babat Eceng Gondok di Waduk Cengklik

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Eceng gondok nyaris memenuhi Waduk Cengklik, Boyolali, Kamis (12/1/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

BBWSBS membutuhkan anggaran kurang lebih Rp2 miliar untuk membabat habis eceng gondok di Waduk Cengklik Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Luas tanaman eceng gondok di permukaan Waduk Cengklik Boyolali saat ini mencapai 692.000 meter persegi (m2) tersebar di sembilan lokasi mulai Desa Ngargorejo, Ngesrep, Cengklik, hingga Sobokerto.

Advertisement

Berdasarkan estimasi, biaya yang dibutuhkan untuk membabat habis tanaman eceng gondok seluas itu kurang lebih Rp2 miliar. Upaya mengatasi tanaman eceng gondok yang memenuhi sebagian permukaan Waduk Cengklik terus dilakukan.

Dalam waktu dekat, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) bakal mendatangkan alat pencacah tanaman gulma itu di Waduk Cengklik. Kepala BBWSBS, Charizal Akdian Manu, mengatakan upaya pembersihan eceng gondok menjadi satu kesatuan revitalisasi waduk.

Advertisement

Dalam waktu dekat, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) bakal mendatangkan alat pencacah tanaman gulma itu di Waduk Cengklik. Kepala BBWSBS, Charizal Akdian Manu, mengatakan upaya pembersihan eceng gondok menjadi satu kesatuan revitalisasi waduk.

Selama ini, langkah pembersihan eceng gondok yang sangat luas terkendala keterbatasan tenaga. “Makanya, dalam waktu dekat ini kami akan datangkan alat pencacah eceng gondok ke Waduk Cengklik. Saat ini, alatnya masih digunakan di Rawa Pening Semarang,” jelas Charizal kepada Solopos.com, Senin (26/3/2018).

Pembersihan eceng gondok, jelas Charizal, tak mungkin bisa dilakukan dengan cara manual, seperti cangkul, sabit, dan alat pertanian tradisional lainnya. Selain faktor kedalaman air waduk, sebaran pertumbuhan eceng gondok juga sudah sedemikian luasnya.

Advertisement

“Jelas tidak mungkin dibersihkan dengan cara manual. Harus memakai alat pencacah canggih. Alat ini didatangkan dari Amerika Serikat,” jelasnya.

Setelah pencacahan eceng gondok usai, langkah berikutnya melanjutkan pengerukan sedimen. Namun, langkah ini masih menanti penyelesaian masalah 2.500 petani karamba yang dianggap sebagai pemicu pertumbuhan gulma itu di Waduk Cengklik.

“Nanti proses pengerukan sedimentasi waduk juga memakai alat sedot canggih. Bukan memakai truk, backhoe, melainkan alat hisap lumpur. Nanti, mesin hisap lumpur ini bisa menjangkau lokasi-lokasi terdalam yang tak bisa dijangkau backhoe,” terangnya.

Advertisement

Persoalan eceng gondok di Waduk Cengklik memang menjadi musuh bersama. Bukan saja musuh para petani, para nelayan karamba juga terkena dampaknya. Mereka mengaku kesulitan berlayar ke tengah waduk.

Selain itu, banyak ikan mereka yang tak bisa tumbuh sehat karena kadar oksigen di dalam waduk terhalangi eceng gondok. “Kami sendiri juga merasakan dampak tanaman ini. Contohnya saat kami mau menyeberangi waduk, perahu kami terhalangi eceng gondok,” kata Joni Widodo, salah satu petani karamba.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif