SOLOPOS.COM - Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Tri Mandiri Sejahtera, Samidi, menunjukkan saluran irigasi di Sawahan, Ngemplak, yang tak berfungsi, Kamis (30/6/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, belasan saluran irigasi di Ngemplak menyalahi rancangan PSDA Jateng.

Solopos.com, BOYOLALI–Belasan titik saluran irigasi di Kecamatan Ngemplak, Boyolali dituding para petani menyalahi rancangan dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Tengah. Akibatnya, saluran irigasi yang dibuat pelaksana proyek tol Solo-Kertosono (Soker) sejak 2012 itu tak berfungsi dan justru menimbulkan petaka bagi para petani di Kecamatan Ngemplak.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Tri Mandiri Sejahtera, Samidi, menunjukkan sejumlah kesalahan fatal pembangunan saluran irigasi di kawasan tol Soker Ngemplak. Kepada Solopos.com, Samidi mengajak langsung ke lapangan untuk mengecek sejumlah lokasi saluran irigasi yang bermasalah. Di Desa Sawahan ditemukan ada saluran irigasi yang tak berfungsi karena hanya selebar 1,2 meter. Selain itu, elevasi lebih tinggi dari saluran existing.

“Mestinya kan dikasih box culvert di samping saluran dan dibangun box padestrian untuk akses petani,” ujar Samidi seraya menunjukkan saluran irigasi tersebut, Kamis (30/6/2016).

Hal serupa juga terjadi di Desa Kismoyoso. Sejumlah saluran irigasi di desa tersebut sudah tak lagi berfungsi. Penyebabnya, pemasangan box culvert tak sesuai dengan elevasi air. Selain itu, saluran juga penuh dengan sisa material proyek tol. Akibatnya, ketika hujan, air meluap dan membanjiri permukiman warga.

Di Desa Dibal, saluran irigasi juga tak berfungsi karena saluran tak lurus dan melintas ke jalan. Ada pula yang lebih parah, yakni saluran irigasi berada di balik tembok pembatas jalan tol. Sehingga, petani tak bisa mengecek aliran air karena terhalang dengan tembok pembatas tol.

“Semua itu terjadi karena pelaksana proyek tak mengacu pada gambar rencana dari PSDA. Padahal, PSDA ini yang memahami betul cara pembuatan saluran irigasi,” paparnya.

Salah satu petani Sawahan yang menjadi korban, Dani, mengaku sudah dua kali kebanjiran gara-gara saluran irigasi tak berfungsi. Air bukannya mengalir di saluran irigasi, tapi malah menggenangi persawahan dan rumah warga. “Buah melon busuk semua. Sawah juga gagal panen. Karena air yang tak mengalir merendam tanaman padi,” paparnya.

Ketua Satker Tol Soker, Aidul Fiqri, bisa memahami kekesalan para petani. Menurutnya, proyek saluran irigasi tersebut adalah warisan pelaksana proyek sebelumnya. Saat ia masuk menangani tol Soker, kondisi irigasi sudah demikian parahnya.

“Kami menerima keluhan petani soal saluran irigasi itu, dan kami rela memperbaikinya. Padahal kami sekadar memperbaiki karena itu bukan program kami,” paparnya.

Terkait usulan petani untuk memperbaiki saluran irigasi, Aidul mengaku telah memperbaiki meski dengan cara bertahap. Pihaknya bahkan menggandeng para petani untuk menjadi mitra dalam menginventarisasi saluran air yang bermasalah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya