SOLOPOS.COM - Petani di wilayah Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, memanen padi. Foto diambil belum lama ini. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali diliputi masalah soal harga tebasan padi yang merosot.

Solopos.com, BOYOLALI — Harga jual padi kepada para tengkulak di Banyudono dan Sawit, Boyolali, merosot. Salah satu penyebabnya adalah kualitas panen yang menurun akibat naiknya curah hujan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selain itu, turunnya harga padi juga disebabkan minimnya permintaan dari para tengkulak mengingat keran pengadaan beras oleh Bulog belum dibuka. Apalagi, pemerintah belum menerbitkan harga pokok pembelian (HPP) beras untuk tahun ini.

Sejumlah petani menyampaikan harga tebasan padi yang semula bisa mencapai Rp7,5 juta hingga Rp9 juta per patok dengan luas 2.600 meter persegi, kini hanya Rp5 juta per patok.

“Saya malah jual padi saya hanya Rp4 juta/patok. Tetapi mau bagaimana lagi, saya kasihkan saja, dari pada repot bayar tenaga untuk panen sendiri. Sekarang curah hujan tinggi, sulit kalau harus mengeringkan padi sendiri,” kata petani penggarap asal Desa Jembungan, Banyudono, Riyanti, 45.

Penebas padi asal Desa Jatirejo, Kecamatan Sawit, Sarji Yanti, 48, terpaksa menawar rendah harga padi dari petani karena hasil panen padi kurang memuaskan. “Yang jelas padi tidak lagi bernas, isi bulir padi kurang baik. Itu yang membuat harga tebasan padi turun,” kata dia.

Pengusaha beras di Bangak, Banyudono, Tulus Budiyono, menilai wajar jika saat ini harga tebasan padi saat ini menurun. “Apalagi ini belum ada permintaan. Seperti Jakarta juga belum minta. Stok beras di Pasar Legi juga masih banyak. Pengadaan dari Bulog juga belum ada,” kata Tulus, Jumat (5/2/2016).

Tulus yang juga Ketua Asosiasi Perberasan Soloraya, meminta pemerintah segera menerbitkan HPP beras dan gabah kering giling (GKG) tahun ini sebagai patokan harga padi.

“Tahun lalu, HPP beras Rp7.300 per kilogram dan HPP GKG Rp5.300 per kilogram. Tahun ini mestinya ada perubahan harga. Kalau mau naik ya yang wajar jangan malah jadi pemicu inflasi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya