Soloraya
Rabu, 14 Oktober 2015 - 22:40 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : Harga Tembakau Anjlok!

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani di Trayu, Banyudono, memanen tembakau, meski harga jual anjlok. Foto diambil Rabu (14/10/2015). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Produksi pertanian Boyolali, akibat panen raya, harga jual tembakau di Boyolali anjlok.

Solopos.com, BOYOLALI–Sejumlah petani tembakau di Desa Trayu, Banyudono mengeluhkan turunnya harga tembakau di pasaran. Turunnya harga tembakau tersebut membuat petani merugi puluhan juta.

Advertisement

Salah seorang petani, Yanto, mengatakan pada musim tanam ketiga (MT III) sebagian besar petani memilih menanam tanaman tembakau dibandingkan tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang, dan lainnya.

Mahalnya harga tembakau di pasaran pada awal masuk musim kemarau tahun ini menjadi alasan petani lebih memilih menanam tembakau.

“Saya baru kali pertama ini menanam tanaman tembakau karena tertarik dengan mahalnya harga tembakau di pasaran,” ujar Yanto saat ditemui Solopos.com di sawah, Rabu (14/10/2015).

Advertisement

Yanto mengatakan tanaman tembakau seluas 8.000 meter persegi miliknya itu baru berumur empat bulan. Memasuki masa panen tembakau justru harga tembakau di pasaran turun drastis. Harga tembakau kualitas rendah senilai Rp25.000/kg sekarang turun menjadi Rp10.000/kg. Sedangkan tembakau kualitas baik harganya senilai Rp60.000/kg sekarang turun menjadi Rp30.000/kg.

“Turunnya harga tembakau di pasaran mulai terjadi sejak awal September. Harga tembakau di prediksi akan semakin jatuh,” kata Yanto.

Yanto mengatakan jatuhnya harga tembakau disebabkan karena terjadi penurunan kualitas hasil panen tembakau yang ditanam petani, panen tembakau serentak di Soloraya hingga banyaknya petani yang menanam tembakau pada musim kemarau tahun ini.

Advertisement

Senada diungkapkan petani lainnya, Sukerno. Menurut dia, murahnya harga tembakau di pasaran membuat sejumlah petani di Desa Canden, Sambi mencabuti tanaman tembakau yang baru satu kali dipanen dan mengantinya dengan tanaman jagung dan semangka.

“Saya sudah keluar uang Rp10 juta untuk modal tanam tembakau. Namun, hasilnya jauh dari harapan sehingga mengalami kerugian puluhan juta,” kata dia.

Dia berharap Dinas Pertanian (Dispertan) Pemkab Boyolali ikut membantu mengatasi harga tembakau di pasaran agar petani tidak menanggung utang banyak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif