Soloraya
Kamis, 7 April 2016 - 06:30 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : Ini Penyebab Harga Bibit Padi Melonjak

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani Desa Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali, mencabut bibit padi yang siap ditanam di sawah, Rabu (6/4/2016). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, memasuki MT II harga bibit padi melonjak.

Solopos.com, BOYOLALI–Harga bibit padi di Boyolali pada puncak musim tanam (MT) tahun ini mengalami kenaikan signifikan. Kenaikan itu hampir merata disemua varietas bibit padi.

Advertisement

Salah seorang petani Desa Kismoyoso, Ngemplak, Wahinim, mengatakan lonjakan harga bibit padi selalu terjadi ketika memasuki tanam serentak.  Kenaikan harga bibit padi bervariasi tergantung jenis varietasnya.

“Semakin unggul bibit padi yang ditanam harganya semakin mahal,” ujar Wahinim saat ditemui Solopos.com di sawah, Rabu (6/4/2016).
Wahinim mengatakan harga bibit padi jenis varietas IR 64 mengalami kenaikan yang cukup tinggi yakni dari sebelumnya Rp120.000 sekarang naik menjadi Rp200.000 per paket atau naik 66,67%. Kenaikan juga terjadi pada bibit jenis IR 66 dari sebelumnya Rp90.000 menjadi Rp100.000. Harga ciherang dari sebelumnya Rp90.000 naik menjadi Rp110.000.

“Kenaikan harga bibit sudah terjadi dua pekan ini dan diprediksi akan terus naik sampai puncak MT II tahun ini,” kata dia.

Advertisement

Ia mengatakan meskipun harga bibit padi naik permintaan bibit padi tidak turun. Bahkan sebagian besar petani bibit padi di Kismoyoso tidak mampu memenuhui permintaan bibit padi dari luar daerah.

“Kami sampai menolak permintaan bibit padi dari luar daerah akibat banyaknya permintaan petani lokal,” kata dia.

Dia menjelaskan untuk mendapatkan bibit padi petani harus memesan satu pekan setelah panen. Kalau tidak jangan berharap mendapatkan bibit pada saat seperti sekarang. Ia mengaku kesulitan mendapatkan tenaga buruh menanam bibit padi pada puncak MT II. Akibatnya tidak dapat memproduksi bibit padi dalam jumlah banyak.

Advertisement

“Sebagian besar buruh tani memilih menanam padi dari pada menanam bibit padi karena bayarannya per hari lebih besar,” kata dia.

Petani lainnya, Hidayat, mengatakan mahalnya harga bibit padi di MT II kali ini sangat merugikan petani. Pada saat panen, kata dia, harga gabah justru turun drastis sehingga hasilnya tidak mampu menutupi biaya operasional selama menanam padi sampai panen.

“Kami meminta pemkab memberikan subsidi berupa benih padi kepada petani kecil. Kalau seperti ini kondisinya petani tidak akan sejahtera,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif