Soloraya
Jumat, 2 September 2016 - 11:40 WIB

PERTANIAN BOYOLALI : Tahun Ini Diprediksi Surplus Beras Capai 60.000 Ton

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras di gudang Bulog. (JIBI/Solopos/Dok.)

Pertanian Boyolali, Pemkab memprediksi Boyolali akan surplus beras mencapai 60.000 ton.

Solopos.com,  BOYOLALI–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali memprediksi surplus beras Boyolali tahun ini bisa mencapai angka 60.000 ton.

Advertisement

Surplus ini diperoleh dengan asumsi konsumsi beras masyarakat Boyolali rata-rata 8.000 ton per bulan dan produksi beras setahun yang diperkirakan mencapai 180.000 ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka surplus tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata hanya berkisar 50.000 ton.

Sementara itu, stok lumbung pangan di masing-masing kecamatan saat ini dalam kondisi aman. Stok lumbung pangan yang ada di kelompok-kelompok tani di 19 kecamatan per Jumat (2/9/2016), mencapai 132.055 kilogram untuk gabah dan 5.712 kilogram untuk beras.

“Stok lumbung itu baru yang terdata di setiap kelompok tani yang aktif. Sedangkan stok yang ada di petani dan masyarakat jauh lebih banyak,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Boyolali, Juwaris, saat berbincang dengan Espos, Jumat.

Advertisement

Kecamatan Ampel, Andong, Wonosegoro, dan Juwangi, tercatat memiliki stok gabah paling banyak dibandingkan kecamatan lain, masing-masing 12.377 kilogram, 12.214 kilogram, 9.896 kilogram, dan 8.903 kilogram.

Tingginya stok gabah ini ditentukan aktivitas kelompok tani di kecamatan tersebut. “Selain itu, lahan pertanian di Wonosegoro, Juwangi, dan Andong kebanyakan adalah tadah hujan. Biasanya kalau sudah mendekati kemarau, mereka harus mempersiapkan cadangan yang cukup untuk menghadapi kemarau,” ujar Juwaris.

Sedangkan stok gabah di beberapa lumbung kecamatan seperti Teras, Sawit, Boyolali, dan Selo relatif kosong. “Mungkin aktivitas penyimpanan gabah untuk stok oleh kelompok tani tidak jalan. Tetapi petani di wilayah tersebut masih bisa panen.”

Advertisement

Menurut Juwaris, produksi beras tahun ini cukup bisa diandalkan karena ada musim kemarau basah sehingga sampai dengan September ini masih ada petani di wilayah irigasi teknis yang masih bisa panen padi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif