Soloraya
Kamis, 25 Agustus 2016 - 12:25 WIB

PERTANIAN KARANGANYAR : Petani Bawang Putih Butuh Kepastian Harga Pasar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo,(tiga dari kanan), didampingi Kepala Departemen Regional II (Jawa) Bank Indonesia (BI), Dwi Pranoto, (tengah), dan Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY, Iskandar Simorangkir, (kanan), menanam bibit bawang putih pada lahan yang telah disediakan di Lawu Resort Camping Ground Tawangmangu, Rabu (24/8/2016). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Pertanian Karanganyar sejumlah petani bawang putih meminta kepastian harga.

Solopos.com, KARANGANYAR – Sejumlah petani bawang putih dari delapan kabupaten/kota mengeluh tentang kepastian harga bawang putih dan penghasilan tambahan selama menanam bawang putih.

Advertisement

Puluhan petani dari delapan kabupaten/kota, yaitu Karanganyar, Pekalongan, Tegal, Batang, Purbalingga, Temanggung, Magelang, dan Banjarnegara, datang ke Lawu Resort Camping Ground Tawangmangu, Rabu (24/8/2016). Mereka diundang pada Launching dan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Klaster Program Pengendalian Inflasi Komoditas Bawang Putih di Jateng.

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengembangkan klaster bawang putih di delapan kabupaten/kota itu. Tujuannya adalah menekan inflasi di Jawa Tengah. Uji coba klaster bawang putih dilaksanakan di Tegal.

Advertisement

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengembangkan klaster bawang putih di delapan kabupaten/kota itu. Tujuannya adalah menekan inflasi di Jawa Tengah. Uji coba klaster bawang putih dilaksanakan di Tegal.

Petani di Tegal menanam bawang putih pada demplot seluas 0,3 hektare pada Juli. Rencana bawang putih akan panen pada Oktober. Mereka optimistis hasil panen bagus. Tetapi, sejumlah petani khawatir penghasilan selama masa tunggu panen.

Oleh karena itu, mereka berharap pemerintah juga memikirkan nasib petani sebelum panen. Seperti disampaikan salah satu petani dari Tegal, Hamdani. Dia mengeluh kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Advertisement

Hal senada disampaikan petani dari Temanggung, Mujiyono. Bahkan, Mujiyono secara terang-terangan meminta pemerintah memberikan bantuan hewan ternak. “Supaya kami tetap bisa makan selama kami menunggu panen bawang putih. Nanti kotoran sapi kan bisa untuk pupuk Pak,” ujar dia.

Ganjar mengaku memahami maksud petani. Petani memikirkan tentang komplementer. Dia meminta petani membuat kalkulasi apa yang dibutuhkan sebagai komplementer. Dia berjanji akan membantu mencari solusi.

Petani lain dari Temanggung, Budiyono, meminta bantuan Gubernur menjaga stabilitas harga. Budiyono memiliki lahan 5.000 meter persegi. Dia mengeluarkan Rp20juta untuk merawat tanaman.

Advertisement

Penjualan hasil panen mencapai Rp80 juta setiap kali panen. Dia berharap pemerintah menjaga stabilitas harga. Ganjar sepakat bahwa Bank Indonesia (BI) harus mengambil peran menjaga stabilitas harga.

“Makanya, harus punya data berapa yang tanam bawang, perkembangan dipantau, cara menjual, dan pasar butup berapa. Kalau ada yang mengendalikan, ya stabil. Bulog, pemerintah daerah, atau koperasi bisa menjadi solusi. Nanti kami bikin sistem,” tutur Ganjar menanggapi pertanyaan Budiyono.

Kepala BI KPW Jateng-DIY, Iskandar Simorangkir, mengungkapkan sudah membahas dengan Bulog terkait peran yang dapat diambil dalam rangka menekan inflasi. “Kalau produksi melimpah. Mereka [Bulog] bersedia menyerap,” ujar Iskandar saat memberikan sambutan.

Advertisement

Selain kepastian harga, Iskandar juga mewaspadai sejumlah hal lain dinilai dapat menghambat produktivitas bawang putih. Beberapa hal itu adalah teknologi, produktivitas lahan rendah karena pemakaian pupuk kimia, dan kualitas bibit. Hal senada disampaikan Kepala Departemen Regional II BI, Dwi Pranoto. Dwi mengungkapkan konsentrasi saat ini adalah menghasilkan bibit berkualitas demi menjamin produktivitas.

“Salah satu [bibit] yang terbaik di Tawangmangu. Penguatan kelembagaan, produktivitas, distribusi, kerjasama antar daerah, dan riset. Jateng punya roadmap pengendalian inflasi. Semua harus dikelola bersama. Kami berharap bisa direplikasi di daerah lain,” tutur Dwi.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif