SOLOPOS.COM - Sisa tanaman padi di sawah di Desa Taji, Juwiring, Klaten, dibakar petani, Selasa (22/9/2015). (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten ini terkait dampak kemarau yang membuat aliran irigasi tak lancar.

Solopos.com, KLATEN – Areal tanaman padi seluas 25 hektare di Desa Ketitang dan Desa Carikan, Kecamatan Juwiring terancam gagal panen. Sebabnya, sejumlah sungai mengering sehingga aliran air irigasi ke sawah tidak maksimal.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah seorang petani Desa Ketitang, Pariman, mengatakan lahan pertanian seluas 2.500 meter persegi sebulan ini mulai kesulitan mendapatkan suplai air. Air irigasi banyak yang tidak sampai di daerah hilir setelah banyak petani di bagian hulu menutup saluran irigasi.

“Petani di wilayah hilir tidak dapat berbuat banyak. Tanaman padi jenis Inpari 8 yang saya tanam baru berusia 25 hari,” ujar Pariman saat ditemui di sawah, Selasa (22/9/2015).

Pariman mengatakan tanaman padi berusia 25 hari masih membutuhkan banyak air. Agar tanaman padi tidak mati berupaya membuat sumur bor. Namun, keberadaan sumur bor itu tidak menolong karena sumur tidak banyak keluar air.

“Kondisi tanah di Desa Ketitang sangat keras sehingga tidak banyak sumur bor yang dibuat warga dapat mengeluarkan air melimpah,” kata Pariman.

Dia mengaku pasrah dengan kondisi tanaman padi yang ditanam pada Musim Tanam (MT) III ini. Di Ketitang ada sekitar 15 hektare tanaman padi terancam gagal panen akibat minimnya suplai air.

Pariman menjelaskan lebih memilih menanam tanaman padi pada MT III ini karena pengalaman tahun lalu hasil padi pada MT III hasilnya lebih bagus. Selain itu, petani tidak terbiasa menanam tanaman palawija dan hasil penen tanaman palawija pun sangat murah.

“Petani di Desa Ketitang sebagian besar tidak tertarik menanam tanaman palawija. Kalau gagal panen akibat minimnya suplai air petani sudah terbiasa,” kata dia.

Senada diungkapkan petani Desa Carikan, Suparlan. Menurut dia, ada sekitar 10 hektare tanaman padi di Carikan yang terancam gagal panen akibat kekurangan air. Umur tanaman padi di Desa Carikan bervariasi mulai dari 20 hari sampai 25 hari.

“Petani mulai merasakan kesulitan mendapatkan suplai air dari irigasi pada pertengahan bulan ini,” ujar Suparlan.

Dia mengaku rela mengeluarkan uang lebih guna menyewa diesel untuk mengambil air di sumur bor. Sumur bor milik warga banyak disewakan kepada petani dengan harga sewa Rp10.000/jam untuk diambil airnya.

“Petani tidak semua mampu menyewa sumur bor untuk diambil airnya. Kami hanya bisa pasrah kalau memang tanaman padi ini gagal panen,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya