SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Pertanian Klaten, petani belum memanfaatkan kartu tani.

Solopos.com, KLATEN – Sejumlah petani di Klaten mengaku belum memanfaatkan kartu tani untuk pembelian pupuk bersubsidi. Mereka justru menilai penggunaan kartu tani bikin ribet petani.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satu petani asal Desa Wanglu, Kecamatan Trucuk, Sugiyo, 70, mengaku sudah memiliki kartu tersebut. “Kartunya belum dimanfaatkan. Pembelian masih biasa saja. Kalau punya uang ya langsung beli. Tidak tahu nanti kalau diterapkan,” kata Sugiyo saat ditemui di wilayah Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Senin (20/3/2017).

Sugiyo mengaku belum mengetahui secara persis penggunaan kartu tersebut. Jika pembelian harus diawali dengan menabung, ia mengatakan hal itu justru mempersulit petani.

Petani lainnya, Yono Suwito, 60, mengaku mendapat kartu tani pada Desember 2016. Hanya, kartu tersebut belum dimanfaatkan para petani di wilayahnya untuk pembelian pupuk. “Kalau saya ikut saja dengan teman-teman. Kalau semuanya memanfaatkan saya juga memanfaatkan,” urai petani asal Dukuh Krajan, Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah itu.

Ia tak menampik kartu tani justru menyulitkan para petani. Hal itu lantaran para petani diminta menyetorkan uang ke rekening BRI sebelum membeli pupuk bersubsidi ke pengecer dengan hanya membawa kartu tani.

“Ya kalau bisa ada dana untuk menabung. Kalau buruh tani tentu sulit karena hasil panen sudah digunakan untuk kebutuhan lain seperti biaya sekolah anak. Petani itu yang penting pupuk tersedia terus dan saatnya memupuk itu persediaan ada. Selama ini terkadang saat dibutuhkan pupuk tidak ada,” katanya.

Sementara itu, petani asal Desa Jogosetran, Kecamatan Kalikotes, Tono, 65, mengatakan belum memperoleh kartu tani. “Sebagian sudah dapat kartu tani sebagian lagi belum. Kalau saya yang penting itu ketersediaan pupuk selalu ada. Tidak perlu pembelian menggunakan kartu tani,” urai dia.

Pengecer pupuk bersubsidi di Desa Jogosetran, Santoso, mengatakan selama ini di wilayahnya belum menerapkan pembelian pupuk menggunakan kartu tani. Hal itu menyusul para petani enggan membeli pupuk menggunakan sistem tersebut.

“Kalau petani itu yang penting barang yang dibutuhkan ada. Yang jadi persoalan petani saat ini sebenarnya harga saat panen. Seperti kondisi saat ini harga jual hasil pertanian sangat rendah. Di wilayah kami satu patok lahan pertanian itu ada yang dihargai sekitar Rp3,5 juta. Sementara, biaya produksi yang dikeluarkan bisa mencapai Rp2 juta. Kasihan petani dengan kondisi seperti itu,” ungkapnya.

Hingga awal Maret lalu, jumlah total petani Klaten yang sudah ter-upload pelayanan kartu tani sebanyak 75.360 orang. Dari jumlah itu, yang sudah diproses mencapai 64.510 petani.

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Wahyu Prasetyo, mengatakan pembelian pupuk bersubsidi di Kabupaten Bersinar belum menggunakan kartu tani. Petugas masih melakukan persiapan serta pencocokan data yang ter-upload.

“Saat ini belum dimanfaatkan, pembelian pupuk masih secara manual. Sesuai rencana dimulai 1 April mendatang, tetapi nanti masih dirapatkan dulu di provinsi,” katanya.

Wahyu mengatakan para petani tak diharuskan menabung terlebih dahulu untuk membeli pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani. “Petani tidak perlu menabung. Pembelian bisa menggunakan uang kontan ke pengecer,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya