SOLOPOS.COM - Seorang warga membidikkan senjata ke sawah di Desa Katekan, Kecamatan Gantiwarno, Minggu (9/4/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten, para penembak ikan beraksi di areal persawahan wilayah Gantiwarno.

Solopos.com, KLATEN — Berdiri di cabang pohon yang melintang, Tarno, 47, memandang areal persawahan di Desa Katekan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, yang dipenuhi air serta tanaman kangkung.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ia mengamati permukaan air di areal persawahan tersebut. Senapan angin terbidik ke kejauhan. Sesekali, ia mengubah arah senapannya ke sawah sembari mengamati menggunakan teleskop.

Tak ada objek yang bisa ia tembak. Tarno pun pindah lokasi. Pria asal Dukuh Dalem, Desa Sawit, itu lalu memanjat tiang lampu. Setelah beberapa kali mengamati, Tarno menekan pemantik senapan anginnya.

Namun, tembakannya tak kena sasaran. Ia lantas mengikal senar yang terpasang pada ujung senapan. Siang itu, Tarno berburu ikan menggunakan senapan angin. Kegiatan tersebut menjadi rutinitas Tarno ketika ia tak bekerja.

“Kalau tidak ada pekerjaan, saya mencari ikan. Saya hanya buruh bangunan,” kata Tarno, Minggu (9/4/2017).

Tak hanya Tarno, warga lainnya juga melakukan kegiatan yang sama. Mereka tak sekadar berdiri di tepi sawah, beberapa penembak memilih berburu ikan selama berjam-jam dengan memanjat pohon di tepi sawah di sepanjang Jl. Sendang Sriningsih.

Ikan hasil buruan mereka tempatkan di kantong plastik atau diikat pada batang pohon. Kawasan lahan pertanian Desa Katekan selama ini dikenal menjadi lokasi berburu ikan.

Hal itu terjadi sejak lahan pertanian tak bisa ditanami padi lantaran tergenang air hingga dipenuhi kangkung. Ketinggian air diperkirakan mencapai 1 meter.

Beragam jenis ikan ada di lahan pertanian tersebut seperti gabus, nila, serta mujair yang merupakan ikan liar dan terperangkap di areal persawahan. “Saya sudah dapat ikan kalau ditotal beratnya 1 kg ada. Biasanya dikonsumsi sendiri. Tetapi, terkadang ada yang berminat membeli terutama ikan gabus yang digunakan untuk pengobatan setelah operasi. Kalau harganya sekitar Rp50.000/kg,” ungkapnya.

Soal senapan yang digunakan untuk berburu, Tarno menjelaskan itu seperti senapan angin yang biasa digunakan untuk berburu burung. Hanya, para pemburu memodifikasi peluru yang digunakan.

Para penembak ikan itu menggunakan jeruji sepeda yang dipotong sepanjang 15 sentimeter. Pada bagian ujung diberi penutup jeruji yang sudah ditajamkan menggunakan gerinda. Agar bisa ditarik ketika mengenai sasaran, bagian pangkal peluru diikatkan pada senar pancing yang dililitkan pada pipa sebagai tempat pengikal. Pipa itu ditempatkan di ujung senapan.

“Setelah senapan dipompa kemudian peluru dimasukkan didorong menggunakan kawat. Saat mengenai sasaran tinggal ditarik saja,” katanya.

Bagi Tarno, berburu ikan menggunakan senapan lebih menarik ketimbang memancing menggunakan joran. Hal itu lantaran para pemburu dituntut sabar serta teliti mengamati permukaan ikan.

“Harus fokus dan tenang saat membidik. Kalau asyiknya itu bisa memilih jenis ikan yang akan diburu,” urai dia.

Pemburu lainnya, Budi Utomo, 40, mengatakan waktu yang tepat untuk berburu ikan yakni saat siang. “Berburu ikan itu biasanya saat siang dengan kondisi cuaca cerah. Ikannya banyak yang terlihat di permukaan. Kalau hujan ikannya malu-malu, airnya juga keruh sehingga tidak kelihatan posisi ikannya di mana,” kata warga Dukuh Ngandong, Desa Sawit, itu.

Budi menekuni hobi menembak sejak lima tahun lalu. Lantaran kerap hujan, ia memilih berburu ikan di lahan pertanian itu. “Kalau saya biasanya saat libur,” kata pria yang bekerja sebagai petugas rekam medis di salah satu rumah sakit di Yogyakarta itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya