SOLOPOS.COM - Ilustrasi Panen Padi (JIBI/Dok)

Pertanian Klaten diterpa masalah kurangnya tenaga untuk memanen padi. Petani pun mengusulkan bantuan alat pemanen otomatis.

Solopos.com, KLATEN – Kalangan petani di Desa Bolopleret, Kecamatan Juwiring, Klaten, kelimpungan karena sulit mendapatkan tenaga kerja saat masa tanam maupun untuk memanen padi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Oleh sebab itu, pemerintah desa setempat meminta bantuan alat tanam berupa transplanter serta pemanen padi yakni combine harvester kepada Pemkab Klaten. 

Kepala Desa Bolopleret, Catur Joko Nugroho, mengatakan 42 hektare (ha) lahan pertanian di Bolopleret memasuki masa panen. Diperkirakan, hasil produksi yang diperoleh mencapai 240 ton.

“Hasil panen bagus. Mayoritas tanaman padi bisa dipanen, tidak ada serangan hama. Hanya 25% dari total lahan hasil produksinya tidak maksimal karena padi roboh,” ungkap dia saat ditemui di Bolopleret, Rabu (25/3/2015).

Meski produksi padi cukup memuaskan, Catur menerangkan ada sejumlah kendala yang dialami petani. Tak adanya peralatan pendukung guna mempercepat proses panen kerap membuat para petani kelimpungan.

Sementara, para petani semakin kesulitan mencari pekerja sebagai tenaga panen. “Di wilayah kami sudah tidak ada sumber daya manusia yang menyediakan jasa untuk memanen. Ketika masa panen tiba, mengambil tenaga dari daerah lain dan itu bergiliran,” terang dia.

Guna membayar pekerja panen padi, para petani harus mengeluarkan biaya hingga Rp400.000. Biaya semakin membengkak ketika padi roboh yang mengharuskan petani mengeluarkan dana hingga Rp750.000.

“Mau tidak mau ya harus membayar. Kalau padi roboh tidak segera dipanen, dalam dua pekan bisa membusuk sehingga petani semakin rugi dan produksi berkurang,” ungkapnya.

Lantaran hal itu, Catur mengusulkan agar para petani mendapat bantuan alat terutama combine harvester serta transplanter.

“Untuk saat ini di kelompok petani wilayah kami hanya ada satu alat transplanter, sementara untuk combine harvester belum ada. Usulan agar adan bantuan alat itu pernah disampaikan di Musrenbangda. Makanya, kami berharap tahun ini bisa terealisasi. Sebab, untuk mendukung swasembada padi, semestinya satu desa masing-masing terdapat satu alat,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Wahyu Prasetyo, mengakui transplanter serta combine harvester yang ada di wilayah Klaten masih minim.

“Saat ini ada 21 transplanter dan 6 combine harvester yang dikelola oleh UPTD dan tersebar. Idealnya memang satu desa itu ada kedua alat tersebut masing-masing satu unit,” ujar dia.

Wahyu menegaskan pemkab terus mengupayakan agar bantuan kedua alat itu terus bertambah. “Kami upayakan untuk mencari bantuan ke provinsi dan pusat. Informasinya memang Klaten akan mendapat bantuan kedua alat itu tahun ini. Kami masih menunggu realisasinya karena pengadaan langsung oleh pemerintah pusat,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya