SOLOPOS.COM - Anggota TNI membantu petani melakukan uji coba persemaian padi sistem kering di Dukuh Karang, Desa Sumyang, Jogonalan, Klaten, Kamis (14/1/2016). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pertanian Klaten coba antisipasi keterbatasan tenaga tanam dengan menguji persemaian kering.

Solopos.com, KLATEN – Kalangan Petani di Dukuh Karang, Desa Sumyang, Jogonalan, Klaten, melakukan uji coba persemaian padi sistem kering. Padi hasil persemaian ditanam menggunakan transplanter sebagai upaya mengatasi minimnya tenaga tanam padi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Uji coba persemaian padi sistem kering dilakukan dengan meletakkan benih padi pada media berupa baki yang berisi pupuk organik, tanah, serta abu. Persemaian dilakukan pada Kamis (14/1/2016) dengan bantuan anggota TNI.

“Sebenarnya untuk sistem ini sudah ada sejak lama. Tetapi, di wilayah sini baru kali pertama dicoba. Benih padi yang digunakan untuk uji coba berasal dari bantuan dan nanti akan ditanam pada lahan seluas 2.400 meter persegi,” jelas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) wilayah Desa Sumyang dan Ngering, Tri Santoso, saat ditemui wartawan di sela-sela persemaian.

Dia mengatakan ada sejumlah keunggulan persemaian dengan sistem kering jika dibandingkan sistem basah. Persemaian sistem kering bisa dilakukan di pekarangan rumah sehingga mudah diawasi. Selain itu, persemaian dengan sistem itu tak memerlukan tenaga kerja besar. “

Kalau ini nanti berhasil, padi hasil persemaian akan ditanam menggunakan transplanter,” urai dia. Dia menjelaskan dari hasil perhitungan, uji coba yang dilakukan lebih hemat jika dibandingkan sistem persemaian dan tanam manual.

Penghematan itu seperti sistem tanam menggunakan transplanter lebih hemat biaya lantaran hanya membutuhkan dua operator serta waktu tanam yang diperkirakan tiga jam untuk satu patok atau sekitar 1.200 meter persegi. Sementara, sistem tanam manual membutuhkan tenaga sekitar lima orang dan waktu tanam hampir 12 jam.

“Perhitungan kami dengan asumsi bibit pada uji coba kali ini berasal dari bantuan, dana yang bisa dihemat mencapai Rp180.000 untuk satu patok,” urai dia.

Selain menghemat biaya serta waktu, sistem tanam yang bakal diujicobakan tersebut juga sebagai solusi masalah minimnya tenaga tanam padi. “Terkadang petani harus antre ketika musim tanam ramai. Waktu menunggu giliran tanam itu bisa satu hingga satu setengah bulan,” kata dia.

Minimnya tenaga tanam padi itu diakui Ketua Kelompok Tani Dadi Makmur, Desa Sumyang, Suharsono, 48.

“Tenaga tanam memang minim. Kadang kami harus mendatangkan dari luar daerah. Untuk antisipasi agar sawah tetap bisa ditanami, harus membuat jadwal dulu dengan tenaga tanam itu. Sebelum ada transplanter, kami juga melakukan antisipasi melalui penerapan sistem tanam tabur benih langsung atau tabela,” urai dia.

Komandan Koramil Jogonalan, Kapten Inf. Wudjito, menegaskan TNI bakal terus membantu petani mulai dari persemaian hingga masa panen.

“Kami akan terus bekerja sama dengan petani mulai dari persemaian seperti saat ini ikut menaburkan benih, tanam, hingga masa panen nanti,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya