Soloraya
Senin, 21 September 2015 - 06:10 WIB

PERTANIAN SRAGEN : Harga Tak Bersahabat, Petani Sragen Pilih Timbun Kedelai

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian kedelai (Dok. Bisnis)

Pertanian Sragen yang kini tengah panen kedelai justru diimbangi dengan anjloknya harga.  

Solopos.com, SRAGEN — Harga kedelai pada panen raya Agustus-September 2015 anjlok Rp6.050/kg-Rp6.100/kg dari harga sebelumnya Rp6.600-Rp6.800. Para petani di Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen memilih menimbun kedelai karena harga tak bersahabat.

Advertisement

Petani menimbun kedelai karena tidak ada pedagang besar yang mau membeli kedelai lokal. Pedagang besar memilih membeli kedelai impor daripada kedelai lokal. Kesulitan petani tersebut disampaikan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Rejeki Desa Pengkok, Suyatno, 45, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (20/9/2015). Gapoktan pimpinan Suyatno itu membawahi delapan kelompok tani dan dua kelompok peternak di Desa Pengkok dengan jumlah anggota 20-25 orang petani per kelompok tani dan 10 peternak per kelompok peternak.

“Semua tanaman kedelai di Pengkok sudah habis dipanen. Namun, kedelai-kedelai itu susah dijual. Kami hanya jual 6.200/kg tetapi maunya pedagang besar Rp6.100/kg. Bagi kami sebenarnya petani tidak rugi tidak masalah. Kalau bertahan di Rp6.100/kg ya rugi,” kata dia.

Suyatno dan para petani di Pengkok benar-benar terpukul dengan harga kedelai yang anjlok pada musim panen ini. Suyatno menyebut para petani mendapat ujian yang berat tahun ini. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya harga kedelai tidak jatuh seperti sekarang.

Advertisement

“Saya masih punya 10 ton kedelai di rumah. Tempatnya Pak Wartono itu lebih dari 10 ton kedelai karena masih menerima kedelai dari petani. Saya sudah berhenti menampung kedelai petani lagi. Di tempat Pak Paiman juga masih banyak, 10 ton juga ada,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif