Soloraya
Selasa, 26 Mei 2015 - 04:10 WIB

PERTANIAN SRAGEN : Impor Buruh Tani dari Daerah Tetangga Kian Santer

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan tanam padi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Pertanian Sragen mengalami penurunan jumlah petani. Hal ini membuat pemilik lahan harus mempekerjakan pekerja dati luar daerah.

Solopos.com, SRAGEN — Penyusutan secara signifikan jumlah petani di Kabupaten Sragen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mulai dirasakan masyarakat Bumi Sukowati, termasuk petani kategori pemilik lahan.

Advertisement

Pada masa menggarap lahan dan masa tanam, petani pemilik lahan kesulitan mendapatkan tenaga atau buruh tani. Hal itu diakui Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari saat dihubungi Solopos.com melalui ponsel, Senin (25/5/2015).

Situasi tersebut menurut dia membuat petani Sragen mempekerjakan buruh tani dari luar Bumi Sukowati. Buruh tani yang disewa berasal dari kabupaten sekitar, seperti Purwodadi, Karanganyar, dan Boyolali. “Paling banyak dari Kabupaten Purwodadi,” ujar Eka Rini.

Dia menilai pendekatan mengambil buruh tani dari luar Sragen tidak cukup untuk mengatasi kekurangan tenaga saat menggarap lahan, masa tanam, dan panen. Pemkab perlu mendorong mekanisasi pertanian dengan penyediaan sarana dan prasarana.

Advertisement

Eka Rini mengklaim mekanisasi pertanian sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Kendati diakui dia sarana dan prasarana pertanian belum mampu mengaver lahan yang membutuhkan. “Makanya mekanisasi pertanian perlu terus didorong,” imbuh dia.

Pendapat senada disampaikan Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno. Menurutnya, penggunaan mesin pertanian dapat meminimalisasi dampak negatif dari fenomena berkurangnya jumlah petani di Sragen.

Dia mencontohkan mesin panen modern dapat meminimalisasi hilangnya gabah saat di panen. Sebab persentase gabah yang jatuh di lahan pertanian saat panen bisa diminimalisasi. “Mau tidak mau pendekatan mekanisasi ini diperlukan,” kata dia.

Advertisement

Terpisah, Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman menilai penyusutan jumlah petani dipengaruhi banyak faktor. Beberapa dia antaranya, dia menjelaskan, rendahnya upah buruh tani, pendapatan tidak menentu, dan anggapan miring profesi petani.

Faktor lain yang menyebabkan generasi muda enggan turun ke sawah yaitu semakin tingginya jenjang pendidikan mereka. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga tani, Bupati mengakui solusi yang paling efektif yaitu penggunaan mesin-mesin pertanian.

Dia menyatakan pembangunan sektor industri dan perdagangan harus sejalan dengan sektor pertanian. “Pembangunan kami lakukan di semua sektor, baik pertanian, industri, dan perdagangan. Semua sektor harus tumbuh seimbang,” terang dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif