Soloraya
Jumat, 23 Desember 2011 - 10:15 WIB

Pesan kepedulian lingkungan dari Mbah Meyek...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Anak-anak dan orang dewasa itu membaur dalam kegembiraan. Mereka begitu riang ketika air dari sendang mengguyur seluruh tubuh mereka. Ada yang berlarian berkejaran. Ada yang saling berebutan.

Ada pula yang berdiri tenang memandang dari kejauhan. Mereka sadar, air adalah sumber kehidupan. Itulah sebabnya, mereka berjanji untuk selalu menjaganya.

Advertisement

“Sejak nenek moyang kami dahulu, acara bersih desa ini selalu digelar. Dan semoga, anak-cucu kami kelak juga selalu menjaganya,” ujarnya Joko Susilo, Ketua RW XVIII Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Solo mengisahkan ihwal tradisi bersih desa Mbah Meyek di Bibis Kulon, Gilingan, Kamis (22/12/2011).

Ya, Mbah Meyek hanyalah satu dari sekian nama sendang (sumber mata air-red) di Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Banjarsari.

Nama itulah, yang kemudian menginspirasi lahirnya sebuah agenda tahunan bersih desa tiap malam Jumat Kliwon Bulan Sura.

Advertisement

Hikayat Mbah Meyek lahir dari sebuah cerita yang berseliweran di masyarakat. Konon, Mbah Meyek—yang diakui masih keturunan dinasti Mangkunegaran itu—suatu ketika menyebarangi Kali Pepe. Di tengah-tengah sungai, tanpa dinyana ia tenggelam hingga membuat kedua lengan kakinya cidera. Langkah kakinya pun tak lagi tegap.

“Orang-orang nyebutnya, meyek-meyek jalannya. Maka, dijuluki Mbah Meyek,” cerita Joko.

Namun, bagi warga bukan persoalan langkah kaki Mbah Meyek yang diingat. Melainkan, perjalanan keseharian hidup Mbah Meyek yang senantiasa menjaga mata air itu yang diteladani. “Mata air itulah yang kini tetap lestari terjaga di lingkungan warga,” ujar Joko.

Advertisement

Mbah Meyek barangkali hanyalah sebuah kisah kiasan. Namun, bisa juga kisah itu benar adanya. Yang pasti, petilasan sendang dan tradisi bersih desa Mbah Meyek adalah sebuah kenyataan. Dan hingga sekarang, pesan akan pentingnya hidup berdampingan dengan alam seperti yang dilakoni Mbah Meyek setiap hari masih tetap lestari.

(Aries Susanto)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif