SOLOPOS.COM - Pemandangan hamparan sawah berlatar gunung di Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, Rabu (1/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pergi ke desa dengan pemandangan indah di Wonogiri, duduk di gubuk di tengah hamparan sawah hijau dengan latar gunung di kejauhan sambil berbincang dengan petani, walaupun hanya beberapa menit, cukup untuk healing.

Pesona itu lah yang ditawarkan Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, Wonogiri. Pemandangan indah tersaji saat Solopos.com menyusuri jalan-jalan di desa itu, Rabu (1/2/2023) pagi. Hamparan sawah hijau dengan latar belakang bukit di kejauhan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Orang-orang menyebutnya Gunung Brojo. Gunung dengan ketinggian di bawah 800 mdpl itu sebagian masuk wilayah Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo, dan sebagian lain masuk Desa Joho, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri.

Dari Desa Tunggur, pada pukul 06.00 WIB itu Gunung Borjo terselimuti kabut. Beberapa petani yang membawa arit dan menggendong alat penyemprot hama padi berjalan menuju sawah.

Tanaman padi mereka sudah tampak bulir buah, sebagian tanaman bahkan mulai menguning, pertanda tidak lama lagi memsasuki musim panen. Areal persawahan itu tidak jauh dari Gunung Brojo di Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri.

“Sebagai petani, senang kalau lihat padinya lemu-lemu [gemuk-gemuk] kayak gini. Rasanya ayem,” kata salah satu petani Desa Tunggur yang ditemui Solopos.com di gubuk sawah miliknya.

Sebagai desa paling ujung timur di Kecamatan Slogohimo dan berbatasan langsung dengan kecamatan Purwantoro, Desa Tunggur memiliki lansekap perbukitan. Dari desa ini, tampak perbukitan Cumbri di Wonogiri timur dan kawasan lereng Lawu selatan yang serbahijau.

desa di wonogiri
Warga berjalanad di jalan dengan hamparan sawah berlatar gunung di Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, Rabu (1/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Menurut beberapa warga, ke mana saja mata memandang hanya keindahan yang didapat. Memiliki luas wilayah 464,36 ha, Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, dihuni lebih dari 3.300 jiwa penduduk dengan sebagaian besar di antaranya bekerja sebagai petani.

Sentra Kerajinan Rotan

Dari wawancara Solopos.com dengan beberapa warga, belasan tahun lalu, Desa Tunggur sempat menjadi sentra perajin rotan. Tetapi kini jejak kerajinan rotan di desa berjarak lebih kurang 40 km dari ibu kota kabupaten itu hampir sulit ditemukan. 

Salah satu warga Dusun Juron, Desa Tunggur, Wardi, menyampaikan para perajin sekarang sudah beralih menjadi petani atau merantau menjadi kuli bangunan. Mereka menilai kuli bangunan lebih menguntungkan dan cepat menghasilkan dari pada hidup dari kerajinan rotan. 

“Dulu hampir setiap rumah ada perajin rotan. Sudah sejak 10 tahun lalu, para perajin rotan tidak ada. Soalnya, kalau dihitung, lebih menguntungkan jadi kuli bangunan,” ujar pria mantan perajin rotan itu di Desa Tunggur, Slogohimo, Wonogiri, itu.

Bahkan dulu, lanjut dia, anak-anak di Desa Tunggur ahli dalam kerajinan rotan. Mereka diajari oleh orang tua. Tidak jarang hal itu menjadi kebangaan tersendiri ketika anaknya bisa membantu pekerjaan orang tua.

Sekarang sudah enggak ada anak yang bisa [membuat kerajinan rotan],” kata Wardi. Selain menjadi petani, sebagian mantan perajin rotan pada umumnya juga mempunyai ternak seperti kambing atau sapi.

Mereka tidak bisa mengandalkan hanya dari menanam padi. Sebab jika dihitung, biaya produksi dengan hasil panen kerap tidak banyak menguntungkan.  “Makanya disambi ternak. Pakan ternak biasanya dari damen,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya