SOLOPOS.COM - Suasana launching Desa Wisata Dirgantara Paralayang di Tarubatang, Selo, Boyolali, Sabtu (12/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Sirine berbunyi saat Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, menekan tombol peluncuran desa wisata di Balai Desa Tarubatang, Selo, Boyolali pada Sabtu (12/8/2023) siang. Tak berselang lama, tiga pemain paralayang terbang di lereng Gunung Merbabu Boyolali menjadi tanda pembuka diluncurkannya Desa Wisata Dirgantara Paralayang di Tarubatang, Selo, Boyolali tersebut.

Ketiga pemain paralayang tersebut lepas landas dari Bukit Paralayang  di ketinggian Dukuh Surodadi, Tarubatang. Kemudian, mereka terbang turun menuju lapangan terbuka di Dukuh Tompak, Tarubatang. Setelah mereka, ada beberapa pemain paralayang yang terbang di atas langit Tarubatang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tidak hanya tiga, total ada 30 pemain paralayang dari TNI AU Solo dan atlet paralayang yang menjajal pesona Tarubatang sebagai spot terbang mereka.

Kades Tarubatang, Sabarno, mengungkapkan rintisan desa wisata paralayang di Tarubatang telah ada sejak 2022. “Kemudian kami mendapatkan SK pada Februari 2023 menjadi Desa Wisata Dirgantara Paralayang. Baru hari ini diluncurkan,” kata dia di sela-sela acara.

Sabarno menjelaskan paralayang adalah perintis wisata di Tarubatang. Nantinya, akan ada wisata camping ground dan juga wisata edukasi pertanian. Ia mengungkapkan Pemerintah Desa (Pemdes) Tarubatang dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tarubatang berkomitmen akan mengembangkan dan menggali potensi wilayah.

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Tarubatang, Supriyono, mengungkapkan wisata dirgantara paralayang bisa dinikmati wisatawan pada Sabtu dan Minggu. Khusus pada acara pembukaan ini, masyarakat yang ingin menjajal terbang di atas Tarubatang dengan paralayang bisa membayar Rp200.000 per orang.

Akan tetapi, setelah pembukaan, wisatawan akan ditarik Rp300.000 per orang. Setiap terbang, akan didampingi oleh para ahli-ahli paralayang dari TNI AU maupun atlet.

“Para wisatawan akan diajak terbang sepanjang 1,5 – 2 kilometer di atas Tarubatang. Menyaksikan pemandangan Gunung Merapi, Merbabu, dan sekitarnya,” kata dia.

Supri menceritakan sebenarnya olahraga paralayang di Tarubatang telah ada sejak 2018. Namun, sempat terhenti selama dua tahun karena Covid-19. Baru, setelah Covid-19 mereda, olahraga paralayang di Tarubatang, Selo, Boyolali kembali hidup.

Paket Wisata Lain

Selain ada wisata paralayang, ada wisata camping ground yang lokasinya dekat dengan area lepas landas paralayang. Tarif  camping ground dimulai dari Rp100.000 – Rp500.000 per pemesanan.

Supriono menjelaskan tarif berbeda-beda tergantung fasilitas dan layanan yang akan didapat oleh para penyewa. Untuk wisata edukasi pertanian atau agrowisata berada di dekat lokasi pendaratan paralayang.

“Kami juga menyediakan wisata jip, jadi bisa keliling Tarubatang bahkan Kecamatan Selo naik jip. Kami bekerja sama dengan Selo Jeep Community. Tarifnya Rp500.000 per mobil,” kata dia.

Terpisah, Bupati Said mengungkapkan apresiasinya atas diluncurkannya Desa Wisata Dirgantara Paralayang Tarubatang. Ia berharap dengan diluncurkannya Desa Wisata Dirgantara Paralayang Tarubatang dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Selo.

Said menilai hal tersebut sebagai usaha dari Pemdes, Pokdarwis, dan seluruh komponen masyarakat Tarubatang untuk mewujudkan pesan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat berada di acara Tungguk Tembakau Festival, Senden, Selo, Boyolali pada 3 Agustus lalu.

“Tentunya ini adalah satu pesan yang disampaikan Gubernur Ganjar Pranowo saat menghadiri Tungguk Tembakau, bagaimana Kecamatan Selo ini dapat dikembangkan bukan hanya dari sisi pertanian, tapi juga keindahan lokasi seperti Gunung Merapi-Merbabu,” kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo menilai Festival Tungguk Tembakau di Senden, Selo, Boyolali, memiliki potensi besar untuk dikembangkan jadi atraksi wisata. Bahkan, Ganjar mengatakan festival itu bisa dikembangkan jadi seperti festival kopi di Toba, Sumatera Utara. Namun, untuk itu festival tersebut mesti dikawinkan dengan potensi wisata lainnya di Selo.

“Ini satu prosesi yang sebenarnya bagus. Nanti bisa dikawinkan dengan destinasi wisata yang indah, misal paralayang di sana [Tarubatang],” kata Gubernur Ganjar kepada wartawan di sela-sela Festival Tungguk Tembakau di Senden, Selo, Boyolali, Kamis (3/8/2023).

Ia menyarankan ada beberapa kombinasi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan objek wisata di Senden. Pertama, kombinasi dengan agrowisata. Kedua, kombinasi dengan objek wisata alamnya, lalu ketiga, kombinasi dengan sport-tourism. Terakhir, dengan budaya-budaya di Selo.

“Ini yang kemudian jadi satu, tinggal kemudian dikemas menjadi sebuah event yang bisa menghadirkan banyak hal,” kata dia.

Menurut Ganjar, dengan kombinasi wisata, Festival Tungguk Tembakau di Boyolali bisa menjadi tempat wisata yang sangat bagus dan mendatangkan banyak pelancong. “Karena saya berdiri di sini, kalau saya balik kanan, itu di sebelah kanan ada Merapi, ini [kiri] Merbabu. Kita sekarang agak menceng di kakinya Merbabu. Jadi kalau itu bisa di-create menjadi satu event, oh, ini menarik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya