Soloraya
Rabu, 10 Agustus 2011 - 06:17 WIB

Petani beralih tanam kencur

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah (Dok. SOLOPOS)

Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Sragen (Solopos.com)–Mayoritas petani di Desa Sambirembe dan Keden, Kecamatan Kalijambe, beralih menanam kencur lantaran harga jualnya yang meningkat pesat.

Advertisement

Awal tahun 2011, harga jual kencur bahkan pernah menembus Rp 18.000 per kg. Padahal, harga normal kencur di pasaran rata-rata Rp 1.500 per kg.

Kepala Desa (Kades) Sambirembe, Susilo, saat dijumpai Espos, Selasa (9/8/2011), mengatakan mayoritas petani di wilayahnya boyongan tanam kencur karena tergiur keuntungan yang berlipat-lipat.

Menurut Susilo, lonjakan harga tak terlepas dari minimnya pasokan komoditas tersebut. Selain itu, ia menilai komoditas kencur sekarang mampu diekspor hingga mancanegara. “Sejumlah petani sudah miwiti (memulai–red) tanam kencur sejak tahun lalu. Sebelumnya mereka tanam kacang tanah. Saat panenan pertama, sekitar April, tengkulak bisa membeli kencur petani hingga Rp 18.000 per kg,” ungkapnya.

Advertisement

Diuraikannya, kenaikan harga yang mencapai 10 kali lipat lebih itu membuat petani lain ikut menanam komoditas serupa. Menurut Susilo, lebih dari 60% petani di wilayahnya mulai menanam kencur.

Euforia menanam kencur juga terjadi di Desa Keden. Salah seorang petani asal Keden, Warto, menyebut hampir seluruh petani di desanya memiliki tanaman kencur di tegalan. Menurut Warto, keuntungan yang didapat dengan menanam kencur saat ini memang sangat tinggi.

“Masalahnya petani yang tanam kencur masih langka. Kebanyakan kan (tanam) jagung. Selain itu, harga kencur memang cenderung tak stabil seperti lombok,” tuturnya.

(m99)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif