SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

ilustrasi. (dok Solopos)

Klaten (Solopos.com)–Para petani berharap ada perhatian terhadap jenis tanaman palawija. Selama ini perhatian yang diberikan untuk mengatasi permasalahan pertanian hanya terbatas pada padi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal tersebut yang menjadi penyebab para petani lebih memilih tidak menggarap lahan pertanian atau nekat melanggar Surat Edaran (SE) Bupati Klaten yang beredar beberapa waktu lalu, dengan menanam padi.

Ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) Guyub Rukun Desa Jetis, Juwiring, Klaten, Mulyoto, menuturkan selama ini tidak ada sosialisasi terkait jenis tanaman tersebut. Terlebih tentang bantuan modal menanam palawija.

Padahal, jelas Mulyoto, untuk menanam palawija diperlukan modal yang cukup banyak. Selain itu, cara paling baik untuk memutus siklus wereng cokelat dengan cara merubah pola tanam yang selama ini telah dilakukan.

“Modalnya memang cukup besar. Tetapi sangat ampuh untuk memutus siklus wereng. Jika ada sosialisasi dan bantuan, tentu saja para petani kemarin mengikuti SE,” jelasnya kepada Espos, Minggu (23/10/2011), di Juwiring.

Ditambahkannya, dalam SE yang beredar beberapa waktu yang lalu, dinilai tidak memberikan solusi kepada para petani. Dijelaskan Mulyoto, SE tersebut hanya menyarankan petani untuk tidak bercocok tanam padi pada bulan Agustus hingga September.

“Kalau petani tidak tanam, terus mau makan apa?Padahal itu satu-satunya mata pencahariaan. Makanya kemarin ada beberapa yang nekat menanam padi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Mulyoto berharap antara tanaman padi dan palawija terdapat perhatian yang sama. Dengan begitu, paradigma para petani yang selama ini terbentuk hanya bercocok tanam padi dapat berubah menjadi padi-padi-palawija.

“Para petani enggan menanam palawija, selain karena modal yang besar, juga karena terlalu ribet untuk mengurusinya,” jelasnya.

Di sisi lain, sebagian petani di wilayah Juwiring sudah mulai menanam padi. Hal tersebut dilakukan oleh 90% petani di Dukuh Jetis. Ditambahkan Mulyoto, hama wereng cokelat yang menyerang selama dua tahun belakangan  dipastikan sudah tidak ditemukan.

Serangan hama lainnya, seperti ulat dan tikus selama ini masih bisa diatasi oleh para petani. “Kami berharap kondisi ini bisa bertahan untuk selamanya. Karena para petani sudha menanti sejak dua tahun lalu,” ungkapnya.

(m103)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya