SOLOPOS.COM - Pembuatan pupuk padat dari limbah kotoran sapi oleh Kelompok Tani Pangudi Bogo, Desa Dlingo Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Senin (5/9/2022). Pupuk organik pilihan solusi petani jika terlalu mahal beli pupuk nonsubsidi. (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Kembali ke pupuk organik dianggap sebagai solusi bagi petani Boyolali di tengah mahalnya harga pupuk nonorganik dan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) saat ini.

Salah satu kelompok tani yang sudah mengembangkan produk beras organik sebagai ketahanan pangan adalah Kelompok Tani Pangudi Bogo, di Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kelompok Tani Pangudi Bogo berhasil mengembangkan pupuk organik dari limbah buah dan kotoran sapi. Selanjutnya pupuk tersebut digunakan untuk menyuburkan tanaman padi organik.

Ketua Kelompok Tani Pangudi Bogo, Muhadi menjelaskan pupuk yang diproduksi oleh Pangudi Bogo terdiri dari dua macam, pupuk cair dan pupuk padat.

“Pupuk cari dari limbah buah-buahan, kemudian pupuk padat dari kotoran sapi, pupuk cair mulai sekitar 2017 dan pupuk padat menggunakan mesin granul mulai sekitar 2018” ucap dia kepada Solopos.com.

Baca juga: Pemkab Wonogiri Minta Petani Tak Lagi Andalkan Pupuk Subsidi, Kenapa?

Untuk proses pembuatan pupuk cair, Muhadi menerangkan tahap pertama pembuatan pupuk dengan memasukkan semua jenis limbah buah-buahan ke dalam alat komposer.

“Buah-buahan apa saja, alpukat, jeruk, semangka, buah naga, delima, anggur, kiwi, dan lainnya di masukkan ke satu wadah besar ukurannya 200 liter,” ucap dia.

Kemudian wadah tersebut ditambah bakteri organik seperi bunga putri malu, dan lainnya. Setelahnya, wadah ditutup rapat minimal selama 21 hari.

“Setelah itu, pupuk cair bisa dialirkan melalui kran komposer yang ada di sebelah bawah, dari 200 liter biasanya menghasilkan 50 liter pupuk cair” ucap dia.

Ia membedakan hasil antara tanaman yang diberi pupuk cair dan yang diberi pupuk lainnya dipasaran.

Baca juga: Kreatif! Pelajar di Madiun Ini Bikin Pupuk Organik dari Limbah Rumahan

“Bagus yang pakai organik. Misalnya cabai keriting, untuk tanaman yang disemprot pupuk cair hasilnya lebih besar dan tidak mudah rontok cabainya,” ucap dia.

Selanjutnya, Muhadi menerangkan pupuk organik padat dibuat melalui proses pengeringan dan fermentasi kotoran sapi. “Untuk pengeringan sendiri bisa memakan waktu selama satu tahun, harus benar-benar kering soalnya,” ucap dia.

Setelah kering dan melewati proses fermentasi, kotoran sapi kemudian dibuat menjadi granul dengan campuran bahan alang-alang, gula, dan bahan organik lainnya.

“Dalam satu hari kami bisa memproduksi sekitar dua ton pupuk padat, meski tidak selalu produksi ya, karena menyesuaikan kebutuhan kelompok tani,” ucap dia.

Muhadi nengatakan pembuatan pupuk organik menjadi upaya mewujudkan ketahanan pangan. Padi organik menjadi salah bentuk kampanye untuk terus menjaga kelestarian alam.

Baca juga: Testimoni Pengguna Pupuk Organik Jatisuko: Dulu Panen Jeblok, Kini…

“Yang memakai tanah kan bukan hanya anak cucu, tapi keturunan-keturunan yang lainnya. Maka caranya menjaga dengan melestarikan alam,” ucap dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Agus Pambudi menerangkan anggaran pupuk subsidi sebanyak Rp25 triliyun dari pemerintah memang masih belum bisa memenuhi semua kebutuhan pupuk para petani.

Sementara itu, harga pupuk nonsubsidi tiga kali lipat dari harga pupuk subsidi membuat petani makin dilema.

Menurut Agus, pupuk nonsubsidi memiliki kualitas yang bagus. Namun bila petani merasa keberatan dengan harganya, bisa mulai beralih kembali ke pupuk organik.

Baca juga: Petani Sragen Geger Subsidi Pupuk Khusus Urea-NPK, Lah Organik Gimana?

“Harapannya pupuk organik bisa kembali digunakan. Dulu kan begitu, waktu saya masih kecil, para petani justru tidak mau diberi pupuk Urea,” ucap dia.



Sementara, Boyolali saat ini sudah mulai ada pengembangan pupuk organik untuk ketahanan pangan organik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya