SOLOPOS.COM - Warga membajak sawah di Area Persawahan Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono, Selasa (6/9/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditambah mahalnya pupuk nonsubsidi dikeluhkan petani di Boyolali sepekan terakhir.

Ketua Kelompok Tani Kismo Taruno IV Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono, Adri Muhdyani, 48, mengatakan kenaikan harga BBM dan mahalnya pupuk nonsubsidi membuat biaya produksi mengalami kenaikan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Harga BBM naik sudah tentu harga produksi ikut naik. Sekitar 10% biaya produksi jadi meningkat, padahal sebelum ada peningkatan, untuk bertahan saja sulit, kondisi saat ini adalah kondisi terberat bagi petani,” ucap dia kepada Solopos.com, Selasa (6/9/2022).

Adri mengatakan kondisi petani di Boyolali sudah susah sebelum naiknya BBM. “Sudah susah Karena biaya produksi juga tinggi, dari pengolahan, harga pupuk  juga sulit, dan biaya produksi panen tidak sebanding,” ucap dia.

Menurutnya, naiknya harga BBM akan berimbas kenaikan-kenaikan kebutuhan yang lain. Itu nanti akan saling berkaitan. “Misalnya tenaga penggarap sawah, itu juga memiliki kebutuh-kebutuhan yang lain. Upah mereka juga mesti naik,” ucap dia.

Baca juga: Harga BBM Naik, Dosen UNS Solo Nilai Pemerintah Kurang Kreatif Bikin Kebijakan

Selanjutnya, tarif sewa traktor untuk membajak sawah itu juga bakal naik. Sedangkan harga hasil pertanian saat ini tidak ada perubahan.

“Harga tidak naik, kondisi pangan jelek karena ada serangan hama wereng, hasil panen tidak sebanding dengan biaya produksi, itu sebelum kenaikan BBM,” ucal dia.

Adri belum bisa memastikan berapa kenaikan harga sewa traktor imbas kenaikan BBM. Namun yang pasti, kenaikan tersebut akan dikomunikasikan bersama jasa sewa traktor untuk mencapai kesepakatan harga bajak sawah milik petani di Boyolali.

Pengusaha Jasa Sewa Traktor, Giyono, 43, menjelaskan dirinya akan menjual traktor jika harga BBM selangit.

“Kalau nanti apa-apa mahal, ini [traktor] saya jual, ngapain kerja ndak ada hasilnya, modalnya banyak kok,” ucap dia kepada Solopos.com.

Baca juga: Harga BBM Naik Kerek Harga Sembako, Belanja Rp100.000 Dapat Apa Saja Saat Ini?

Giyono menjelaskan dirinya hanya mengantongi upah Rp300.000 untuk membajak lahan sawah seluas 2.400 meter.

Sementara, jika harga BBM naik semua sektor juga ikut naik. Tapi Giyono menerangkan petani di Boyolali dan sekitarnya mesti mengeluhkan, atau bisa jadi tidak terima dengan kenaikan tarif traktor.

“Saya beli ini [traktor] Rp33 juta, kalau upahnya hanya Rp300.000, itu nanti semuanya ikut naik bahannya, seperti baut ikut naik, BBM naik, lho semua naik, teman saya kalau digaji ndak naik ndak mau, kalau ndak ada temannya lebih baik saya jual saja,” ucap dia.

Jasa Sewa Traktor milik Giyono membutuhkan solar setidaknya 30 liter dalam sepekan. Satu hari usaha nya bisa menghabiskan solar hingga lima liter.

Baca juga: Harga BBM Naik, Sopir dan Pengusaha Truk Solo Usul Tarif Sewa Naik 20 persen

“Saya belinya solar pakai izin resmi dari balai desa, kecamatan, pom yang dituju, Dinas Pertanian Boyolali. Karena kalau beli di warung-warung kan sekarang sulit,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya