SOLOPOS.COM - Lahan yang semula sawah di Desa Kuncen, Kecamatan Ceper, Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Ribuan sawah di Klaten didaftarkan asuransi usaha tani padi (AUTP) selama 2021. Pendaftaran asuransi itu untuk mengurangi potensi kerugian ketika mengalami gagal panen akibat serangan hama termasuk ancaman banjir sepanjang musim penghujan.
Data yang dihimpun Solopos.com, alokasi program AUTP dari APBN pada 2021 yakni 7.950 ha dengan 80 persen nilai premi disubsidi pemerintah pusat. Dari alokasi itu, sebanyak 7.291,73 ha sawah didaftarkan asuransi.
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan nilai premi yang semestinya dibayarkan yakni Rp180.000 per ha untuk satu musim tanam. Namun, ada program subsidi yang digulirkan pemerintah pusat sebesar 80 persen dari total premi yang harus dibayarkan. Alhasil, pemilik sawah tinggal membayarkan 20 persen dari total nilai premi atau Rp36.000 per ha.
Selain program subsidi dari APBN, ada program subsidi yang digulirkan pemkab melalui APBD Klaten 2021 dengan sasaran sebanyak 2.000 ha sawah. Dengan subsidi dari APBD itu, ribuan petani pemilik 2.000 ha sawah tidak membayar premi asuransi karena sudah disubsidi dari APBN sebesar 80 persen dan APBD sebesar 20 persen.
Selain program subsidi dari APBN dan APBD, ada program subsidi premi AUTP dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Seluruh premi asuransi untuk 897,45 ha sawah selama satu musim sawah dibayari pemprov.
Widiyanti mengatakan program subsidi premi AUTP yang digulirkan pemkab diberikan kepada para petani di daerah rawan banjir. Kawasan pertanian rawan kebanjiran itu terutama di sisi selatan Klaten seperti Kecamatan Prambanan, Wedi, Cawas, Karangdowo, dan lain-lain.
Widiyanti mengakui jumlah petani yang mendaftarkan sawah mereka mengikuti program AUTP secara mandiri masih cukup rendah. Luas tanam di Klaten per tahun sekitar 73.000 ha.
Dia menjelaskan program subsidi yang digulirkan untuk menarik minat petani mengikuti program tersebut. “Rata-rata masih seperti itu, kesadaran [mendaftarkan asuransi] secara mandiri belum maksimal. Karena berbagai pandangan seperti merasa sawah mereka tidak terlalu berisiko. Ini yang terus kami motivasi khususnya di daerah rawan banjir dan rawan serangan OPT [organisme pengganggu tanaman],” kata Widiyanti saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (17/11/2021).
Widiyanti mendorong petani bisa mendaftarkan sawah mereka mengikuti program AUTP. Hal itu untuk mengurangi kerugian ketika sawah terkena serangan hama maupun terdampak banjir.
Dia menjelaskan sepanjang 2021, ada petani peserta AUTP yang menerima klaim setelah padi di sawah mereka rusak terdampak banjir pada awal tahun lalu. Total nilai klaim yang sudah dibayarkan sekitar Rp154,9 juta untuk 17 petani.
Kepala Desa (Kades) Bawak, Kecamatan Cawas, Klaten, Ponidi, menjelaskan ada 10-15 ha sawah di Bawak yang selama ini menjadi langganan banjir luapan Sungai Dengkeng saat musim hujan tiba. Namun, dia mengakui hingga kini belum ada petani yang berminat untuk mendaftarkan sawah mereka mengikuti asuransi.
“Rata-rata selama ini tanaman padi yang sudah tinggi masih bisa panen meski terendam banjir. Rata-rata luapan air hanya lewat,” kata dia.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya