SOLOPOS.COM - Pembudi daya ikan keramba jaring apung menaiki perahu setelah memberi makan ikan di kolamnya di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Rabu (1/11/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pembudi daya ikan air tawar di keramba jaring apung Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri tengah waswas akibat cuaca panas dan surutnya air waduk. Sebab, hal itu membuat ikan yang mereka budi daya rentan mati. Ikan budi daya itu juga terancam mati massal saat awal musim penghujan yang diprediksi akan segera tiba.

Salah satu pembudi daya ikan air tawar di WGM Wonogiri, Anto, mengatakan kemarau panjang membuat suhu air waduk panas saat siang—sore hari. Air waduk juga menjadi dangkal. Jarak antara dasar waduk dengan ikan yang ada di keramba jaring apung (KJA) terlalu dekat. Ini memungkinkan lumpur di dasar waduk naik ke atas permukaan dan mengenai ikan saat ada ombak cukup kencang. Fenomena ini dikenal dengan istilah upwelling atau pembalikan masa air.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurut dia lumpur yang di dasar waduk di bawah KJA banyak mengandung amonia yang bersifat racun bagi ikan. Gas amonia terbentuk dari proses pengendapan kotoran dan sisa-sisa pakan ikan yang tidak termakan dan terurai di air. Lumpur yang muncul ke permukaan itu membuat air keruh sehingga membuat insang ikan kotor. Ikan menjadi mudah terserang jamur.

“Secara otomatis akan berpengaruh ke ikan. Waduk yang dangkal dan cuaca panas, bikin oksigen di dalam air turun. Ikan-ikan itu menjadi rentan mati,” kata Anto kepada Solopos.com di WGM Wonogiri, Kamis (2/11/2023).

Anto menyebut meski rutin hampir setiap hari ada, saat ini kematian ikan budi daya seperti nila dan patin belum terlalu banyak alias masih bisa dihitung jari. Yang menjadi ketakutan terbesar para pembudi daya justru saat awal musim penghujan yang akan segera tiba. Biasanya akan terjadi kematian ikan secara massal pada waktu itu.

Kematian massal diakibatkan fenomena upwelling saat pergantian musim. Air yang lebih dingin bergerak ke permukaan. Ini menyebabkan ikan mengalami stres karena belum bisa beradaptasi. Apalagi selama berbulan-bulan ikan-ikan itu berada di suhu air yang panas. 

“Kalau sudah begitu kami sudah pasrah. Enggak bisa ditangani lagi. Kami enggak bisa melawan alam,” ujar dia.

Untuk meminimalisasi kerugian akibat kematian massal ribuan ikan budi daya, para petani ikan mengantisipasi dengan menurunkan produksi. Mereka berupaya agar sebelum masuk musim penghujan, ikan yang mereka budi daya sudah bisa dipanen dan terjual. Hanya, hal itu cukup dilematis. Sebab mereka harus siap menyediakan ikan saat Natal dan Tahun Baru. Permintaan ikan air tawar di kedua momen itu sangat tinggi.

Anto mengaku saat ini memiliki sekitar 40 petak kolam ikan KJA. Setiap bulan dia bisa panen ikan nila sebanyak 3–4 ton. Dia menjual ikan hasil budi daya itu ke Yogyakarta dengan harga Rp27.000/kg. 

Pembudi daya ikan lain di WGM Wonogiri, Suryanto, menyampaikan saat ini dia sudah mulai mengantisipasi fenomena kematian massal ketika awal penghujan. Caranya dengan mengurangi kapasitas ikan di kolam KJA agar tidak terlalu padat.

Dia juga tidak menebar bibit ikan terlebih dahulu sampai musim penghujan tiba. Cara lain, dengan tidak memberi pakan kepada ikan secara teratur. Cuaca panas mengakibatkan ikan kurang oksigen.

Ikan yang kurang oksigen tidak baik jika terlalu sering diberi makan karena justru rentan mati. Dia lebih memilih ikannya kurus daripada mati. Saat keadaan sudah normal, baru dilakukan proses penggemukan. Cara itu dinilai cukup efektif untuk mengurangi kematian massal. 

“Walaupun sudah dikurangi kepadatan ikan di satu kolam keramba, biasanya tetap masih ada kematian, tapi tidak parah banget, tidak terlalu fatal. Emang saat-saat seperti ini petani Ikan keramba sedang dak dik duk [cemas],” ujar dia.

Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan, Catur Wuryaningsih, mengatakan sudah beberapa tahun terakhir ini pada pembudidaya ikan KJA di WGM sudah paham untuk mengantisipasi kematian massal saat awal penghujan. Mereka sudah belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya. 

“Tetapi kami juga selalu mengimbau mereka agar segera melakukan pencegahan sehingga tidak mengalami banyak kerugian akibat ikan mati massal,” kata dia. Pencegahan itu, lanjut dia, antara lain dilakukan dengan cara mengurangi kepadatan penebaran ikan, mengurangi pemberian ikan, dan menggeser KJA ke lokasi perairan yang lebih dalam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya