Soloraya
Minggu, 26 Agustus 2018 - 20:38 WIB

Petani Ikan di Waduk Mulur Sukoharjo Pilih Panen Lebih Awal, Ini Penyebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p class="m-742017060604645753ydp80556fb0msonormal"><strong>Solopos.com, SUKOHARJO –</strong> Sebagian petani keramba jaring apung di <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180825/490/935943/begini-rencana-pemkab-sukoharjo-kembangkan-waduk-mulur">Waduk Mulur</a> Kabupaten Sukoharjo memilih memanen ikan lebih awal saat musim kemarau. Mereka tak ingin mengambil risiko lantaran menipisnya kandungan oksigen di dalam air yang mengakibatkan ikan nila mati.</p><p class="m-742017060604645753ydp80556fb0msonormal">Saat musim kemarau, kandungan oksigen di dalam air menipis. Kondisi ini diperkirakan terjadi saat puncak musim kemarau yakni September-Oktober mendatang. Biasanya, ratusan hingga ribuan ikan nila mati. Hal ini membuat para petani ikan merugi besar lantaran hasil panen tak maksimal. &ldquo;Saya khawatir merugi besar saat ikan-ikan mati karena menipisnya kandungan oksigen di dalam air. Sebagian petani memilih memanen ikan lebih awal agar tak merugi,&rdquo; kata seorang anggota kelompok petani keramba ikan Mina Makmur, Marwan, saat berbincang dengan <i>Solopos.com</i>, Minggu (26/8/2018).</p><p class="m-742017060604645753ydp80556fb0msonormal">Selain musim kemarau, para petani ikan khawatir produksi ikan nila merosot dibandingkan beberapa tahun lalu. Hal ini dipengaruhi sulitnya mendapatkan benih ikan nila. Biasanya, mereka membeli benih ikan nila dari berbagai sentra pengembangan benih ikan di Sukoharjo.</p><p class="m-742017060604645753ydp80556fb0msonormal">Para petani ikan mampu memanen sekitar lima-enam ton saat musim panen ikan nila. Mereka lantas memasarkan hasil panen ikan ke sejumlah pasar tradisional di Sukoharjo seperti Pasar Mulur dan Pasar Ir. Soekarno. Sebagian hasil panen lainnya dijual kepada para pemilik restoran atau rumah makan. &ldquo;Produksi ikan nila merosot tajam selama beberapa tahun ini. Hal ini sangat dipengaruhi kondisi cuaca yang tak menentu,&rdquo; ujar Marwan.</p><p class="m-742017060604645753ydp80556fb0msonormal" style="margin-bottom: .0001pt;">Sementara itu, petani keramba jaring apung lainnya, Joko, menyatakan potensi pengembangan keramba ikan di Waduk Mulur cukup tinggi. Paling tidak dapat menyuplai kebutuhan ikan nila di Sukoharjo. Mestinya potensi ini disokong instansi terkait dengan pemberian bantuan peralatan budi daya atau benih ikan.</p><p class="m-742017060604645753ydp80556fb0msonormal" style="margin-bottom: .0001pt;">Dia berharap keramba ikan di Waduk Mulur dapat dikelola maksimal seperti di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri. Selain dijual, ikan hasil panen bisa diolah menjadi makanan seperti abon ikan dan keripik kulit ikan. &ldquo;Para petani keramba jaring apung di WGM bisa membuat berbagai olahan ikan. Hal itu bisa dilakukan para petani keramba jarring apung di Waduk Mulur asal didukung oleh instansi terkait,&rdquo; kata dia.</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif