SOLOPOS.COM - Lumpur memenuhi saluran irigasi yang melintasi wilayah Dukuh Lusah, Desa Bakung, Kecamatan Jogonalan, Klaten. Foto diambil Sabtu (20/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten segera berkoordinasi dengan pihak terkait untuk merespons keluhan petani di Jogonalan soal saluran irigasi yang penuh lumpur diduga dari limbah pencucian pasir.

DKPP menekankan agar saluran irigasi tetap dijaga fungsinya guna mencukupi ketersediaan air ke lahan pertanian.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

“Secara resmi belum ada laporan. Tetapi kami sudah mendapatkan informasi itu. Nanti kami koordinasikan dengan pihak terkait di sana sehingga tidak mengganggu ke pertanian,” kata Kepala DKPP Klaten, Widiyanti, saat ditemui Solopos.com di Pendapa Pemkab Klaten, Senin (21/8/2023).

Widiyanti menjelaskan jika kondisi saluran irigasi tertutup sedimen seperti yang dikeluhkan petani Jogonalan, Klaten, otomatis aliran air ke lahan pertanian terhambat. “Yang penting adalah saluran dikembalikan ke fungsinya supaya tidak terjadi pendangkalan, harapannya air bisa lancar,” kata Widiyanti.

Sebelumnya, petani di sejumlah desa wilayah Kecamatan Jogonalan dibikin resah dengan pendangkalan saluran air untuk irigasi pertanian. Selama beberapa bulan terakhir, saluran mengalami sedimentasi berupa lumpur dan bertambah tinggi dalam waktu singkat.

Air dari saluran tersebut selama ini dimanfaatkan petani di sejumlah desa seperti Gondangan, Bakung, serta Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Klaten, untuk mengairi sawah. Sementara endapan lumpur terjadi di sepanjang saluran.

Seperti endapan lumpur pada saluran melintasi perkampungan di Dukuh Lusah, Desa Bakung. Endapan lumpur hanya menyisakan sekitar 20 sentimeter dari bibir saluran. Endapan lumpur juga mulai mengalir ke areal persawahan petani di Gondangan.

Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah Desa Gondangan, Ahmad Wahono, mengatakan endapan lumpur itu mulai cepat naik sejak enam bulan lalu. Dalam rentang sebulan, endapan lumpur bertambah tinggi dengan cepat.

“Setiap tiga bulan saluran dibersihkan oleh kelompok tani. Tetapi dalam waktu sebulan endapannya cepat bertambah,” kata Wahono saat ditemui Solopos.com di areal persawahan Desa Gondangan, Sabtu (19/8/2023).

Wahono menjelaskan air tetap bisa mengalir. Namun, air itu membawa lumpur hingga masuk ke persawahan. Kondisi itu berdampak pada tanaman. Pertumbuhan padi lambat lantaran pori-pori tanah tertutup lumpur.

Wahono mengatakan Kelompok Tani Gemah Ripah Gondangan memiliki anggota sebanyak 120 petani dengan total luas lahan sekitar 52 hektare (ha). Wahono dan petani lainnya menduga endapan lumpur di saluran irigasi tersebut berasal dari limbah aktivitas pencucian pasir di dekat saluran tersebut.

Endapan lumpur yang terus bertambah dikhawatirkan berdampak luas ke lahan milik petani di wilayah Jogonalan bahkan hingga ke Desa Ceporan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten.

“Harapan petani sebaiknya aktivitas pencucian pasir di depo dilakukan dengan membuat bak sendiri, tidak langsung dibuang ke sungai karena sangat merugikan petani. Kami membuat surat pengaduan ke wakil rakyat [DPRD] dan suratnya diproses,” kata Wahono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya