Soloraya
Selasa, 15 Februari 2022 - 15:53 WIB

Petani Old Delanggu Keluhkan Tak Ada Lagi Kunang-Kunang di Sawah

Ponco Suseno  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kunang-Kunang (Bisnis.com)

Solopos.com, KLATEN—Kondisi areal pertanian zaman sekarang dinilai jauh berbeda jika dibandingkan sekitar satu dekade lalu. Selain kualitas tanah pertanian dianggap terus menurun, keberadaan kunang-kunang sebagai predator hama tanaman padi yang sudah musnah dalam beberapa tahun terakhir sangat disayangkan petani generasi old di Kecamatan Delanggu Klaten.

Salah seorang petani asal Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu, Atok Susanto, mengatakan lahan pertanian di Delanggu sudah jauh berbeda dibandingkan beberapa dekade lalu. Meski masih terbilang produktif, tanah yang terus-terusan digarap dan ditanami tanaman padi setiap tahun bakal berdampak kurang optimal terhadap hasil panen.

Advertisement

“Sesuai pengalaman saya, penurunan produktivitas itu sudah berlangsung selama 15 tahun terakhir. Dulu, sawah di Delanggu bisa menghasilkan lebih dari tujuh ton per hektare. Sekarang ini paling sekitar 5,7 ton per hektare. Itu disebabkan kesuburan tanah yang menurun dan semakin sedikitnya predator hama tanaman padi di era sekarang,” kata Atok Susanto, kepada Solopos.com, Senin (14/2/2022).

Baca Juga: Rasa Beras Delanggu Tak Bakal Pernah Bohong, Ternyata Ini Rahasianya

Atok Susanto mengisahkan di era sekarang, dirinya yang mewakili petani generasi old di Delanggu sudah tidak bisa menemui kunang-kunang di areal pertanian saat malam hari. Padahal, kunang-kunang dinilai menjadi predator alami bagi hama tanaman padi, seperti memakan telur dari hama wereng.

Advertisement

“Sekarang ini sudah enggak ada kunang-kunang. Hewan itu kelihatan indah saat dilihat malam hari. Sekarang coba dilihat di sawah, sudah enggak ada lagi. Seingat saya sudah 10 tahun terakhir ini tak melihat kunang-kunang di sawah saat malam hari. Makanya sekarang, banyak tanaman padi yang diserang hama. Selain kunang-kunang, hewan capung [pemakan serangga] juga sudah sulit ditemukan di sawah,” katanya.

Atok Susanto mengatakan persoalan yang dihadapi petani di era modern dinilai semakin kompleks. Hal inilah yang mengakibatkan para generasi milenial enggan terjun ke bidang pertanian.

Baca Juga: Sering Diakali Pasar, Susah Temukan Beras Orisinal Delanggu

Advertisement

“Keuntungan yang diperoleh dari pertanian saat ini sangat mepet [menanam padi]. Makanya banyak yang tak suka ke pertanian. Ini perlu dipikirkan lebih lanjut agar para generasi milenial mau terjun ke sawah ke depannya,” kata Atok Susanto yang juga dikenal sebagai Ketua II Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Klaten tersebut.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan upaya menggandeng generasi muda di Kabupaten Bersinar agar bersedia menggeluti bidang pertanian terus dilakukan. Hingga sekarang, terdapat 450 petani milenial yang tersebar di Klaten.

“Bertani itu bukan hanya nyegur ke sawah. Bisa ke alat dan mesin pertanian (alsintan). Jika ditekuni dengan betul, bidang pertanian masih sangat prospektif. Termasuk bagi kawula muda,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif