Soloraya
Kamis, 18 April 2013 - 07:38 WIB

Petani Selo Kurangi Porsi Tanam Tembakau

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mitro, 56, merawat lahan miliknya di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali Rabu (17/4/2013). Beberapa petani di wilayah Samiran dan Klakah memilih mengurangi porsi tanaman tembakau karena hujan masih sering mengguyur dan mereka masih dibanyangi keraguan akan prospek nilai jual tembakau. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Mitro, 56, merawat lahan miliknya di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali Rabu (17/4/2013). Beberapa petani di wilayah Samiran dan Klakah memilih mengurangi porsi tanaman tembakau karena hujan masih sering mengguyur dan mereka masih dibanyangi keraguan akan prospek nilai jual tembakau. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI--Sejumlah petani di Kecamatan Selo, Boyolali mengurangi porsi menanam tembakau untuk menghindari risiko mengenai prospek nilai jual komoditas tersebut.  Hujan yang masih sering mengguyur pun menambah keraguan petani untuk total menanam tembakau.

Advertisement

Salah satu petani di Klakah Tengah, Desa Klakah, Supriyono, 25, mengatakan dirinya enggan menanam tembakau dengan porsi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dia memilih melengkapi tanaman dengan sayuran. Dalam setiap musim tanam tembakau, Supriyono mengaku biasa menanam sedikitnya 5.000 bibit. Namun di musim tanam ini dia hanya menanam 1.000 bibit tembakau.

“Karena masih ragu, seperti kabar beredar soal peraturan tembakau itu. Saya sendiri tetap tanam soto [tembakau] tapi tak mutlak di semua lahan yang saya garap, cari aman,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Rabu (17/4/2013).

Sementara itu, dia memilih melanjutkan menanam sayur seperti musim tanam sebelumnya. Meskipun varietas itu relatif membutuhkan pasokan air, Supriyono menyebut petani rela mengambil air dari sungai agar tanaman sayur hidup. Pilihan itu, lanjut dia, dipicu anjloknya harga tembakau pada musim panen lalu. Walaupun demikian, dia mengakui petani masih menganggap tembakau sebagai tanaman primadona.

Advertisement

Hal serupa juga ditemukan di Desa Samiran, Kecamatan Selo. Salah satu petani di sana, Mitro, 56, memilih menanam tembakau secara tumpang sari. Dia menyandingkan tanaman tembakau dan tanaman sayuran dalam satu lahan garapannya. “

“Tembakau cocoknya pada musim kemarau, sudah tak ada hujan. Saat ini kan belum, tapi memang seperti biasa April sudah banyak tanaman tembakau,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif