Soloraya
Rabu, 26 Juni 2013 - 08:57 WIB

PETERNAKAN BABI : Peternakan di Gatak Sukoharjo Dikeluhkan Warga

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peternakan babi yang berada di Dukuh Salakan, Desa Sraten, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Selasa (25/6/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)

Peternakan babi yang berada di Dukuh Salakan, Desa Sraten, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Selasa (25/6/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO--Keberadaan peternakan babi di Desa Sraten, Kecamatan Gatak, Sukoharjo dikeluhkan sejumlah warga karena menimbulkan bau yang menyengat. Selain itu, peternak juga biasa membuang limbah sisa kotoran babi ke sungai yang dapat mencemari lingkungan.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Selasa (26/5/2013), peternak babi banyak terdapat di Dukuh Salakan dan Maron, Desa Sraten, Kecamatan Gatak.

Skala peternakan di kedua dukuh itu bermacam-macam. Namun rata-rata peternak masih berskala rumahan dengan jumlah peliharaan babi satu, dua, lima hingga 10 ekor. Sebagian babi ada yang dipelihara di kandang permanen bersekat-sekat. Sebagian lain dipelihara di kandang semi permanen di pekarangan rumah.

Advertisement

Skala peternakan di kedua dukuh itu bermacam-macam. Namun rata-rata peternak masih berskala rumahan dengan jumlah peliharaan babi satu, dua, lima hingga 10 ekor. Sebagian babi ada yang dipelihara di kandang permanen bersekat-sekat. Sebagian lain dipelihara di kandang semi permanen di pekarangan rumah.

Warga Dukuh Maron, Nur, mengatakan lokasi peternak babi di lingkungannya berdekatan dengan masjid. Saat musim hujan, bau kotoran babi itu sering tercium di sekitar masjid. Masyarakat yang sedang melakukan ibadah di masjid kerap terganggu dengan bau menyengat itu. Kendati demikian, warga urung menyampaikan keluhannya karena budaya ewuh-pekewuh. Mereka cenderung bersikap diam agar tidak mengusik kondusivitas lingkungan.

“Bagaimana ya? Memang sering bau dan sampai ke masjid serta permukiman warga. Tetapi kami tidak bisa melarang karena mereka memelihara di lahan pekarangan milik sendiri,” jelasnya.

Advertisement

“Sebenarnya banyak sekali warga yang mengeluh. Tetapi keluhan itu hanya disimpan karena takut menyinggung perasaan tetangga,” ucapnya.

Pengolahan Limbah

Ketua RT 002 RW 005 Dukuh Maron, Mustofa, juga mengaku kerap menerima keluhan warga. Kendati demikian, keluhan itu masih ditampung. Pihaknya juga berusaha sebaik mungkin untuk menjaga perasaan semua pihak.

Advertisement

Sementara itu, warga Dukuh Salakan, Desa Sraten juga mengungkapkan hal senada. Mereka kerap terganggu dengan aktivitas peternakan babi yang berada dekat dengan permukiman. Bau busuk kotoran babi sering tercium di dalam rumah warga. Selain itu, kebiasaan peternak yang jorok juga menjadi keluhan sebagian warga. Mereka kerap membuang kotoran babi ke sungai kecil yang mengalir di timur kampung.

Warga lain, Jarti, mengungkapkan hal senada. Banyak warga yang terganggu terutama bau dan sampah yang sering terbawa air hujan. Ia berharap peternak babi dapat mengembangkan pengolahan limbah yang baik dan benar sehingga keluhan warga bisa diminimalisasi.

Kepala Desa Sraten, Ahmad Haryono, mengaku hingga saat ini belum menerima keluhan dari warga terkait gejolak yang timbul akibat aktivitas peternakan babi. Ia juga mengaku penanganan masalah ini cukup pelik karena menyangkut dua urusan yang berbeda. Peternak babi mencari penghasilan tambahan, sementara warga kerap terganggu. Ia sendiri berharap permasalahan itu dapat diselesaikan dengan komunikasi dua arah yang seimbang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif