SOLOPOS.COM - Ilustrasi kambing. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Peternakan Boyolali ini terkait upaya ibu-ibu di Musuk mendirikan kampung kambing.

Solopos.com, BOYOLALI — Berawal dari 10 ekor kambing yang dibeli dari dana pinjaman, para ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok wanita tani Rukun Makmur membawa nama Desa Musuk, Kecamatan Musuk, Boyolali, sehingga dikenal sebagai Kampung Kambing.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kelompok wanita tani Rukun Makmur menurut ketua kelompok itu, Sri Surani, 43, berdiri pada 12 Desember 2012. Menurutnya, saat awal bergerak, banyak yang memandang sebelah mata bahkan mencibir dan berprasangka buruk terhadap kegiatan mereka.

“Dulu kami yang statusnya sudah ibu-ibu ini sering mengadakan pertemuan sampai larut malam. Namanya juga orang tinggal di desa, banyak omongan enggak sedap tentang kami di belakang,” tutur dia saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/9/2015).

Kampung kambing dan posyambing murni berasal dari buah pikiran Surani dan sejumlah perempuan di Dukuh Tawang Rejo tersebut.

Berangkat dari obrolan ala ibu rumah tangga, ide dan konsep Kampung Kambing yang terintegrasi dengan pemberdayaan potensi lokal Desa Musuk semakin matang dengan dukungan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, SPEK-HAM.

“Mas Noko yang kerja di SPEK-HAM itu kan tetangga kampung saya. Kami sering ngobrol bareng, sampai akhirnya satu demi satu terbangun relasi dengan pihak luar yang jadi investor kami,” papar dia.

Dana segar Rp12 juta dari investor pertama mereka, Yayasan Indonesia Untuk Kemanusiaan (YS IKA) pada 2014 digunakan untuk membeli 10 ekor sapi jantan pertama mereka. Dengan serius mereka memelihara dan merawat hingga tiba masa penjualan.

Kini, total kambing kelompok mereka memang baru 25 ekor, namun dampak dan gema kegiatan mereka setidaknya telah dapat dirasa. Tak hanya oleh para anggota, namun ke semua warga.

Secara terstruktur, pembagian hasil penjualan sedapat mungkin terbuka dan adil sesuai kesepakatan bersama, yakni 60:30:10. 60% untuk pemelihara, 30% untuk investor, dan 10% untuk kas kelompok yang disetorkan tiap akhir tahun.

Sebelum tahun berganti, 30% jatah investor dan 10% kas kelompok itulah yang diputar untuk dibelikan kambing baru, dengan ketentuan 30% dana investor dibelikan kambing jantan untuk penggemukan, dan 10% dana kas dibelikan kambing betina untuk pembibitan.

Menurutnya, rata-rata satu ekor kambing sehat siap jual ditawar seharga Rp2juta-Rp3juta per ekor oleh pembeli. Sistem penjualan kambing pun tak hanya manual, tapi juga secara online.

“Banyak yang datang melihat-lihat. Kalau yang lokasinya jauh, iya kami kirim gambar kambingnya disertai harga,” tutur perempuan yang mengaku masih meminta bantuan untuk memasarkan secara online lantaran masih ber-HP jadul tersebut.

“Jadi 30% dana investor kami putar lagi, nanti pas akhir tahun baru hitung-hitungan. Kami anggap dana dari investor adalah pinjaman, biar enak itungannya dan ada pertanggungjawaban moralnya karena memang pinjaman kan. Nilai 60% yang diterima pemelihara juga bervariasi, tergantung harga jual kambingnya,” terang anggota kelompok tani Rukun Makmur bidang administrasi, Yuli, 45.

Yuli menjelaskan besaran untung yang didapat memang belum seberapa, tidak sampai di atas Rp500.000 per orang, namun sebagai ibu rumah tangga biasa, itu sudah lebih dari cukup sebagai langkah awal menuju kemandirian.

KWT Rukun Makmur juga membentuk semacam pra koperasi pakan ternak untuk memfasilitasi kebutuhan pakan ternak para anggota dan masyarakat umum. Tak hanya kambing hidup, mereka juga terbuka untuk pesanan aneka menu masakan dan pupuk dari kotoran kambing.

Lebih lanjut dia menambahkan setiap akhir tahun selepas tutup buku, ada perputaran gaduhan kambing antar anggota kelompok secara lotere.

Menurutnya, hampir seluruh warga di Desa Musuk memiliki kandang ternak. Tak hanya itu, hampir seluruh ibu rumah tangga juga familiar dengan ternak karena terbiasa membantu suami mengurus ternak.

Satu hal yang unik dan membedakan Kampung Kambing dengan jujugan penjual kambing di daerah lain adalah posyambing atau posyandu kambing yang rutin diadakan tiap 35 hari sekali. Menurutnya, posyambing adalah simbol jaminan kualitas ternak kambing di Musuk.

“Kenapa posyambing? Karena kami serius menjaga kualitas kesehatan kambing-kambing kami. Di posyambing, ternak kambing enggak hanya ditimbang dan diukur, dan dicatat perkembangannya tapi juga diperiksa kesehatannya, termasuk diberi vaksin dan makanan tambahan,” imbuh dia.

Apa yang dikerjakan oleh sekelompok ibu rumah tangga di Dukuh Tawang Rejo tersebut tersebut ternyata tak sia-sia. Semangat dan kerja keras mereka berdampak terhadap pemilik kambing lain di sekitarnya. Satu KWT di Dukuh Karanglo, Desa Musuk mengikuti jejak mereka.

“Kami memang masih berproses, masih butuh banyak belajar. Sempat kami merasa sedih mengapa dengan segala daya upaya, kami masih sulit untuk mengakses bantuan dari pemerintah. Tapi justru itulah yang akhirnya menguatkan setiap langkah kami. Enggak hanya semata-mata mengandalkan bantuan,” tutur Hartanti, salah seorang anggota KWT Sekar Putri Dukuh Karanglo, Desa Musuk, Kecamatan Musuk, yang terinspirasi dan mengikuti jejak KWT Rukun Makmur, Minggu.

Kepala Desa Musuk, Priyadi, mengatakan akan mengupayakan pengalokasian dana desa berikutnya untuk pengembangan kampung kambing. “Tapi iya enggak bisa langsung, karena kan ada ketentuannya,” terang dia.

Terpisah, Kadisnakkan Boyolali, Bambang Jiyanto, mengatakan dirinya mengapresiasi kegiatan kampung kambing. Namun dia mengakui tak dapat berbuat banyak lantaran syarat berbadan hukum bagi gapoktan yang ingin mendapat bantuan sudah menjadi ketentuan pemerintah pusat.



“Kami hanya menjalankan apa yang sudah menjadi ketentuan. Memang saya akui ini juga rumit, karena kalau semua sudah berbadan hukum pun, tidak semua lantas bisa memperoleh bantuan,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya