SOLOPOS.COM - Peternak sapi mengecek hewan ternaknya di Kampung Sapi, Jungke, Karanganyar, Selasa (12/9/2017). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Peternakan menjadi program unggulan warga Jungke.

Solopos.com, KARANGANYAR — Sapi menjadi hewan yang menjadi sumber penghasilan bagi ratusan warga di Jungke Kecamatan Karanganyar Kota. Di kelurahan yang berada di sebelah utara Waduk Lalung itu, sejumlah warga dengan leluasa memanfaatkan lahan seluas 6.000 meter persegi sebagai kandang komunal.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kandang tersebut berada di atas tanah yang menjadi aset Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar. Saking banyaknya kandang sapi, lokasi tersebut dikenal sebagai Kampung Sapi.

Melalui program Kampung Sapi itu, peternak sapi dapat dengan nyaman menggemukkan sapi sesuai keinginannya. Warga di Jungke yang tak punya lahan luas tak perlu susah-susah mencari lahan untuk kandang sapinya.

Lahan seluas 6.000 meter persegi itu diharapkan mampu menampung 500-an sapi milik para peternak.

“Kampung Sapi itu sudah berdiri puluhan tahun yang lalu. Gagasan membangun kampung sapi itu muncul karena masyarakat di sini awalnya menggemukkan sapinya secara individu [di rumahnya masing-masing]. Agar berada di satu lokasi atau satu kawasan, kelurahan menyediakan lahannya. Tujuannya, agar tertata dengan baik,” kata Lurah Jungke, Muhammad Jamil, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Selasa (12/9/2017).

Muhammad Jamil mengatakan jumlah warga di Jungke hampir mencapai 6.000 jiwa. Luas lahan di Jungke berkisar 187,6 kilometer persegi. Separuh dari luas tersebut termasuk lahan pertanian.

“Potensi di desa ini yang sudah dikenal, ya kampung sapi itu. Para peternak di sini, biasanya embeli pedet senilai Rp9 juta-Rp10 juta. Setelah dipelihara selama satu tahun, sapi tersebut dijual dengan harga Rp20 juta-Rp30 juta. Keuntungan yang diperoleh para peternak terhitung sangat lumayan. Apalagi, saat berlangsung Iduladha seperti beberapa waktu lalu. Seringkali, para peternak untung besar,” katanya.

Muhammad Jamil mengatakan bakal terus mengembangkan Kampung Sapi ke depan. Salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan UGM.

“Kami ingin mengolah limba peternakan sapi itu agar memiliki nilai ekonomis tinggi. Entah difungsikan sebagai pupuk organik atau yang lainnya. Akhir tahun ini, baru kami bicarakan dengan UGM,” katanya.

Salah satu peternak sapi di Kampung Sapi Jungke, Lardi, 31, mengaku sudah delapan tahun memelihara sapi di Kampung Sapi. Selama terjun sebagai peternak sapi, Lardi selalu memperoleh keuntungan yang menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarganya.

“Saya punya dua ekor di Kampung Sapi ini. Biaya perawatan sapi [pakan ternak] biasanya Rp25.000 per hari. Kendala yang dihadapi para peternak masih tergolong ringan, seperti diare, batuk, pilek. Tapi, itu dapat diatasi dengan cara disuntik. Berat sapi di sini rata-rata delapan kuintal. Pembeli sapi di Kampung Sapi Jungke ini berasal dari berbagai daerah, seperti Purwadadi, Wonogiri, dan beberapa daerah lainnya di Jateng,” kata Lardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya