SOLOPOS.COM - Kondisi petilasan Mbah Ageng yang terletak di wilayah Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Jumat (5/5/2023). (Istimewa/Lilik Mardiyanto)

Solopos.com, SRAGEN — Petilasan Mbah Ageng, tokoh besar pada masanya berada pinggir jalur rel kereta api (KA) Sragen-Ngawi. Petilasan itu juga berada di pinggir sungai tua.

Di sebelah selatan terdapan makam umum milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen yang sebelumnya digunakan untuk menguburkan warga yang terkena Covid-19 dua tahun lalu. Lokasi itu dikenal masyarakat dengan nama petilasan Mbah Ageng.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Lokasi petilasan Mbah Ageng itu terletak di wilayah Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen. Tempat itu juga dekat dengan wilayah Kelurahan Nglorog, Sragen. Di tempat itu ada dua bangunan seperti makam yang dikeliling pagar setinggi 50 cm. Pagar itu dikeliling sembilan pilar dan ada pohon berukuran besar yang meneduhi makam itu.

Salah satu keturunan juru kunci Mbah Ageng, Sumiyati, 84, yang tinggal di Sragen Dok, Sragen Wetan, Sragen, pernah mendapatkan cerita dari bapaknya. Saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (5/5/2023), Sumi berkisah bila bapaknya ketika berjalan-jalan di petilasan Mbah Ageng ditemui seseorang laki-laki dan perempuan yang mengaku sebagai Mbah Ageng dan tinggal di lokasi itu.

“Mbah Ageng itu merupakan tokoh Ki Ageng dari selatan, kemungkinan dari wilayah Kerjo atau Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Tetapi nama pastinya tidak tahu,” ujar Sumi.

Sumi juga pernah lewat bersama anaknya pada 1984 untuk menagih utang ke Tawengan. Saat melintas di lokasi Mbah Ageng itu, ia melihat ada ular yang sangat besar dan cukup panjang dengan diameter sekitar 20 cm. Sumi tidak merasa takut, tetapi hanya berdiam. “Di lokasi itu banyak hewannya. Selain ular juga ada keranya. Sekarang tidak tahu,” ujarnya.

Keponakan juru kunci Mbah Ageng, Lilik Mardiyanto, mengatakan ada juga warga yang melihat macan tutul berjalan di rel hingga ke wilayah Sragen Dok kemudian kembali ke timur ke arah Mbah Ageng itu. “Dari cerita pakde, tempat itu merupakan petilasan Ki Ageng dari Kerjo atau Mojogedang. Nama aslinya siapa tidak tahu. Ki Ageng itu berpretasi sehingga mendapatkan tanah di wilayah Kerjo atau Mojogedang. Prestasinya bisa menemukan pusaka keris dari Madiun bernama Kiai Tundung Musuh,” katanya.

Lilik tidak mau berspekulasi apakah sosok Ki Ageng itu ada kaitannya dengan Ki Ageng Derpoyudo yang ada di Majanti, Kerjo, Karanganyar, atau tidak. Dia mengatakan dua bangunan serupa makam itu kemungkinan bukan makam karena dari cerita pakdenya lokasi itu pertilasan Ki Ageng.

Warga yang tinggal tak jauh dari lokasi petilasan Mbah Ageng, Edy, menyampaikan dulu pernah ada orang dari Tuban, Jawa Timur, yang mencari makam Ranggalawe atau Rangga Sudarmo. Dia mengatakan orang itu berhenti di petilangan Mbah Ageng itu pada tahun 1990-an.

“Padahal di Tuban itu ada makam Ranggalawe tetapi orang itu menyampaikan makam yang dicari bukan yang ada di Tuban itu. Ya, mungkin Mbah Ageng ini sosok Ranggalawe I. Sebutan Ki Ageng itu pasti menyebut sosok orang besar dan berpangkat,” jelasnya.

Kalau kemungkinan makam Mbah Ageng itu benar Ranggalawe, Edy menyampaikan kemungkinan adanya sejak era Majapahit. Dia menerangkan di sebelah utara di aliran sungai itu juga ada kedungnya. “Ya, bisa saja Ranggalawe meninggal saat perang di wilayah ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya