SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok. SOLOPOS), SAMPAH KOTA--Warga melintasi tumpukan sampah yang meluber di tempat sampah kawasan Alun-alun Utara Kota Solo, Selasa (12/4). Volume sampah Kota Solo terus bertambah dari 260 ton menjadi 300 ton per hari, hal tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan personel petugas kebersihan dan armada pengangkutan sampah. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Ilustrasi (Dok. SOLOPOS), SAMPAH KOTA--Warga melintasi tumpukan sampah yang meluber di tempat sampah kawasan Alun-alun Utara Kota Solo, Selasa (12/4). Volume sampah Kota Solo terus bertambah dari 260 ton menjadi 300 ton per hari, hal tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan personel petugas kebersihan dan armada pengangkutan sampah. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Solo (solopos.com)–Sejumlah petugas kebersihan kelurahan meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memperhatikan nasib mereka.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pasalnya, sudah tiga tahun ini para petugas pemungut sampah di kelurahan belum mendapat kesejahteraan yang layak terutama dari sisi pendapatan. Apalagi saat Lebaran, beban kerja mereka meningkat dengan sangat signifikan.

Seorang petugas pemungut sampah di Nusukan, Banjarsari, Bambang Sukamto, mengatakan honor petugas kebersihan yang bertugas di kelurahan saat ini hanya Rp 450.000/bulan.

”Bayangkan apa honor itu manusiawi sementara yang kami tangani kotoran warga yang merupakan sumber penyakit,” ujarnya, Jumat (2/9/2011).

Bambang menambahkan apalagi saat Lebaran, kewajiban para petugas pemungut sampah menjadi makin berat. ”Pada hari biasa, kami keliling RW hanya dua kali dalam satu hari. Sekarang ini kami harus keliling setidaknya lima kali dalam satu hari supaya sampah dari rumah warga bisa terangkut semua ke tempat pembuangan sementara (TPS),” ujarnya.

Naiknya beban kerja para petugas pemungut sampah kelurahan terutama ketika Lebaran, sambung Bambang, biasanya terjadi hampir sepekan.

”Sampai saat ini sampah memang luar biasa banyaknya. Tapi nanti kalau sudah pekan depan biasanya sampah sudah stabil lagi,” imbuhnya.

Bambang menambahkan meski beban kerja mereka makin berat namun Pemkot tidak memberikan tambahan gaji maupun kesejahteraan untuk mereka.

”Lebaran tahun ini kami tidak dapat tambahan apapun. Ada memang sedikit uang dari PKK namun itu kan kesadaran warga sendiri bukan dari pemerintah,” ungkapnya.

Beberapa kali petugas pemungut sampah meminta kenaikan honor, namun menurut Bambang hingga saat ini belum mendapat respons positif dari pemerintah.

”Yang kami inginkan hanyalah pemerintah memperhatikan kami. Tidak banyak warga yang mau bekerja seperti kami karena gajinya minim sementara bebannya berat,” tandas dia.

Terpisah, petugas pemungut sampah di Kadipiro, Warsidi, mempertanyakan janji legislator yang akan memperjuangkan kenaikan gaji bulanan mereka.

”Sejauh ini kami sudah meminta kenaikan gaji kepada pemerintah bahkan permintaan kami itu sudah kami sampaikan kepada wakil rakyat. Yang ingin kami tanyakan bagaimana nasib permintaan kami itu,” tuturnya.

Warsidi menambahkan harapan para petugas pemungut sampah saat ini hanyalah peningkatan kesejahteraan bagi mereka sehingga ada kesetaraan dengan beban kerja.

(aps)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya