SOLOPOS.COM - Kasi Operasional Satpol PP Sragen, Ari Fuat Sagita, memberi pembinaan kepada lima pelajar yang terjaring razia di halaman Satpol PP Sragen, Selasa (31/10/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tim Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sragen merazia pelajar di wilayah Tegalsari dan Cantel Kulon Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Selasa (31/10/2023). Ada lima pelajar SMA dan SMK yang terjaring dalam razia tersebut. Mereka dibawa ke Mako Satpol PP untuk dilakukan pembinaan.

Mereka ditemukan menongkrong di dua warung hik Tegalsari dan di lokasi persewaan Playstation Cantel Kulon. Saat dirazia, sejumlah pelajar kabur berlarian, bahkan ada yang melompati dinding pagar setinggi 3 meter. Ada juga yang bersembunyi di rumah warga. Ada tiga pelajar yang terjaring razia di warung hik dan dua di rental Playstation.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Mereka dibawa ke Satpol PP, dibariskan dan diberi pembinaan. Mereka juga diminta berlari keliling halaman Satpol PP sebanyak lima kali. Pembinaan dilakukan Kasi Operasional Satpol PP Sragen, Ari Fuat Sagita.

Dia menekankan supaya para pelajar tidak mengulangi membolos sekolah. Fuat, sapaan akrabnya, meminta setiap siswa menghubungi guru Bimbingan Konseling (BK) atau kepala sekolah untuk datang ke kantor Satpol PP. Selanjutnya para siswa dikembalikan ke sekolah masing-masing.

“Razia pelajar ini merupakan agenda tahunan Satpol PP. Razia pelajar ini dilakukan karena adanya aduan warga yang resah dan terganggu dengan banyaknya pelajar membolos. Kami datang ke lokasi ternyata mereka tidak mengikuti jam wajib belajar di sekolah, mereka ditemukan di Playstation dan tongkrongan warung hik,” ujarnya.

Menurut Ari, jumlah pelajar yang membolos sebenarnya banyak, tetapi mereka sudah mengetahui adanya razia ini lewat ponsel. Untuk bisa bolos, para pelajar itu menggunakan beragam alasan, mulai dari mengaku demam hingga lainnya. Ada juga yang terbiasa membolos.

“Pembinaan yang kami lakukan sesuai aturan dan secara persuasif. Untuk memberi efek jera, kami memberi hukuman fisik berupa lari keliling halaman Satpol PP sebanyak lima kali. Kemudian kami memanggil wali kelas atau guru sekolah masing-masing,” jelas Ari yang juga menekankan kepada para pelajar agar tidak melakukan perundungan dan perisakan terhadap sesama teman.

Salah seorang pelajar asal Ngarum, Iyan, yang terjaring razia mengaku tidak membolos. Ia hanya nongkrong di warung saat jam istirahat pertama. Jam istirahat itu hanya 15 menit, tetapi Iyan mengaku nongkrong selama lebih dari 30 menit dan akhirnya terjaring razia Satpol PP. Pengalaman terjaring razia membuat Iyan mengaku kapok membolos.

Pelajar lain yang terjaring razia, Agus, mengaku sudah izin ke sekolah karena sakit. Warga Sidoharjo, Sragen ini memgaku demam tetapi tidak pulang melainkan mampir di warung hik dan tidur di dalam rumah pemilik hik. “Saya ke warung itu baru dua kali. Tadi pilih tidur di warung karena di rumah tidak ada orang,” kilahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya