SOLOPOS.COM - Seorang warga melintasi mesin uap buatan Belanda pada 1905 yang dijadikan ruang terbuka untuk ber-selfie di depan PG Mojo Sragen, Kampung Mojo, Kelurahan Sragen Kulon, Sragen, Kamis (12/1/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Mesin uap buatan Belanda tahun 1905 di depan PG Mojo Sragen jadi lokasi untuk selfie.

Solopos.com, SOLO — Lalu lalang warga mengendarai motor dan sepeda cukup ramai di depan Pabrik Gula (PG) Mojo yang dibangun pada 1883. Pabrik di Jl. Raharja 4, Sragen Kulon, Sragen itu belakangan ini terus bersolek.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Bangunan bersejarah peninggalan zaman kolonial Belanda itu memiliki ruang publik atau public space baru yang bisa digunakan kawula muda untuk ber-selfie dan menggali cerita sejarah di pabrik yang berumur 133 tahun.

Pabrik itu terletak di sebelah barat Pasar Bunder, pasar induk terbesar di Sragen. Saat musim giling, kawasan PG dijejali ratusan orang yang menikmati pasar murah atau cembeng.

Dari gapura masuk sisi timur, terlihat sebuah introduction space yang menampilkan logo PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX dan nama PG Mojo Anno 1883. Di sebelah selatan papan nama berukuran besar itu ada taman yang didesain menarik dengan ikon mesin uap buatan 1905.

Taman itu tepat di depan Kantor Administratur PG Mojo dan di depan pintu utama PG Mojo. Mesin uap compressor buatan Belanda itu dipasang permanen di pinggir jalan dengan dudukan tembok setinggi 1 meter.

Seorang pekerja melapisi mesin uap itu dengan cat minyak yang didominasi warna hijau. Di depan mesin yang tak berfungsi itu dibuat tulisan S.F. Modjo atau Suger Factory Modjo.

“Mesin uap itu baru dipindahkan dari ruang produksi ke pinggir jalan sepekan lalu. Beberapa hari ini memang kami meminta petugas untuk mengecat agar terlihat lebih cantik. Kami meletakkan mesin uap yang tidak terpakai itu sebagai tempat umum, warga bisa ber-selfie di sana. Ya, seperti ruang publik,” kata Kepala Instalasi PG Mojo Sragen, Giri Setiawan, saat berbincang dengan wartawan, Kamis (12/1/2017).

Selain mesin uap, Giri juga berencana meletakkan dua mesin pompa vaccum di depan papan nama besar dan di taman simpang tiga PG Mojo. Dua mesin bermerek Stork Hengelo itu dibuat pada 1919.

Giri sengaja membuat konsep publik space itu sebagai tampilan PG Mojo Sragen yang baru. Giri menempatkan ruang-ruang terbuka itu sebagai bagian dari penataan PG Mojo Sragen yang mulai direvitalisasi pada 2017 ini.

“Sebenarnya tidak ada konsep khusus untuk ruang terbuka itu. Kami hanya menata letak PG Mojo sebagai bagian dari revitalisasi PG Mojo yang masih dalam proses lelang di PTPN IX Solo,” tuturnya.

Keberadaan PG Mojo menambah deretan ruang publik di kota Sragen, seperti air mancur kembar di Alun-alun Sasana Langen Putra dan Taman Krido Anggo. Kabid Pemerintahan Ekonomi Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappeda & Litbang) Sragen, Kusuma Adi Surya Pamungkas, optimitis PG Mojo memiliki potensi dalam pengembangan pariwisata Sragen.

Dia berpendapat PG Mojo tidak sekadar mengolah tebu menjadi gula tetapi juga memiliki diversifikasi ekonomi dengan memanfaatkan bangunan tua sebagai aula umum dan rumah-rumah tua sebagai penginapan atau guest house.

Pamungkas melihat inisiatif manajemen PG Mojo dengan membuat ruang-ruang terbuka untuk ber-selfie adalah hal yang bagus. Dia berpikir konsep cembeng yang menjadi tradisi menjelang giling tebu itu diubah dengan sentuhan para aktor-aktor ekonomi kreatif akan menjadi menarik untuk pariwisata.

“Namun semua itu kembali pada rumah tangga PG Mojo. Kami hanya memberi masukan. Sebenarnya aula di dekat lapangan tenis itu bisa dimanfaatkan untuk ruang seminar, workshop, pameran, dan kegiatan budaya lainnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya