SOLOPOS.COM - Cabup-Cawabup Karanganyar (Dok/Solopos)
Solopos.com, KARANGANYAR — Para pasangan calon bupati-wakil bupati (cabup-cawabup) kerap berkampanye dengan blusukan ke pasar tradisional dan terminal bus untuk menggalang dukungan. Padahal, sesuai aturan pasar tradisional sebagai fasilitas umum (fasum) dilarang menjadi lokasi kampanye para kandidat.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Karanganyar, Dwi Joko Mulyono, mengatakan sesuai aturan para cabup-cawabup dilarang kampanye di sejumlah fasum antara lain pasar tradisional dan terminal bus. Apalagi tak sedikit tim sukses pemenangan para cabup-cawabup menempel gambar maupun stiker di fasum tersebut.
“Sesuai aturan fasum dilarang menjadi lokasi berkampanye para cabup-cawabup,” katanya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (11/9/2013).
Selama masa kampanye putaran pertama, para kandidat memilih blusukan ke pasar tradisional dan terminal bus di wilayah Bumi Intanpari. Menurutnya, pasar tradisional merupakan salah satu lokasi yang cukup seksi untuk menggalang dukungan. Karena pasar menjadi pusat transaksi penjual dan pembeli.
Pihaknya masih mengumpulkan keterangan dan bukti yang kuat terkait pelanggaran kampanye tersebut.
“Ketiga pasangan blusukan ke pasar tradisional dan terminal bus padahal lokasi itu dilarang untuk berkampanye,” terangnya.
Pihaknya meminta agar anggota Panwascam maupun Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) agar selalu mengawasi kampanye yang dilakukan setiap pasangan. Semestinya, para kandidat tak berkampanye di tempat-tempat yang dilarang.
Sementara Divisi Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga Panwaslu Karanganyar, Mustari, menyatakan selain pasar tradisional dan terminal bus, tempat-tempat yang dilarang menjadi lokasi berkampanye seperti kantor pemerintahan, tempat peribadatan dan sekolah.
