SOLOPOS.COM - Anung Indro Susanto (kanan), menyerahkan salinan berkas surat keputusan (SK) pensiun dini sebagai pegawai negeri sipil (PNS) kepada Ketua KPU Solo, Agus Sulistyo (kiri), di Kantor KPU Solo, Selasa (20/10/2015). (Solopos/Dok)

Pilkada Solo tinggal hitungan jam. Namun, sosialisasi dinilai minim, setidaknya bagi pemilih pemula yang mengaku sempat lupa nama Anung Indro Susanto.

Solopos.com, SOLO — Kalangan pemilih pemula menjadi salah satu bidikan pasangan calon wali kota/wakil wali kota Solo, Anung Indro Susanto-M. Fajri (Afi). Namun, banyak dari mereka yang masih bingung menentukan pilihan, bahkan ada yang sempat lupa nama Anung.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Terus terang saya enggak ngerti peta politik di Solo sekarang.” Kalimat itu meluncur dari Raden Ajeng Gayatri, 17, kepada Solopos.com, Selasa (8/12/2015). Meski coblosan tinggal hitungan jam, perempuan berkacamata ini mengaku belum menentukan pilihan. Dia masih galau menentukan calon pemimpin karena minim informasi.

“Cuma tahu dari spanduk, oh itu orangnya [calon kepala daerah]. Program-programnya enggak ngerti,” tutur Gayatri di SMAN 4 Solo. Ini kali pertama Gayatri berkesempatan menggunakan hak pilih di pemilihan umum. Meski nyoblos perdana, siswi SMAN 4 Solo ini mengaku tak terlalu antusias.

Selain minim informasi, dia melihat pilkada kali ini kurang greget. Gayatri merasa atmosfer pilkada sangat jauh dibanding Pilpres 2014. “Kemarin-kemarin kayaknya ramai, sekarang kaya enggak ada suaranya. Padahal besok udah pemilu kan ya,” kata warga Manahan, Banjarsari, ini.

Sebagai anak muda, Gayatri mendambakan pembangunan di Solo terus berkembang melebihi kepemimpinan mantan wali kota, Joko Widodo (Jokowi). Sekilas dia melihat pasangan calon yang maju di pilkada Solo kurang menjanjikan perubahan. Bahkan, ia menilai gawe pilkada saat ini hanya formalitas lantaran sudah jelas pemenangnya. “Namun saya tetap akan milih kok. Nanti lihat sikon (siapa yang akan dipilih),” ucap Gayatri yang ingin pemimpin Solo ke depan memerhatikan infrastruktur pendidikan.

Pemilih pemula lain, Bagas Abdul Rahman, 17, juga masih bingung menentukan pilihan. Dia sempat lupa nama calon wali kota dari Koalisi Solo Bersama, Anung Indro Susanto. “Yang maju Pak Rudy [F.X. Hadi Rudyatmo, cawali dari PDIP], satunya siapa saya lupa,” ucap warga Timuran itu.

Meski belum memiliki cukup informasi, ia tetap berencana menggunakan hak suara di pilkada. Bagas ingin ke depan Solo berkembang pesat seperti masa pemerintahan Jokowi. Layaknya jiwa anak muda, dia menginginkan ada perubahan. “Kalau Pak Rudy sedikit banyak sudah tahu [pembangunannya], mungkin mau cari yang baru.”

Dwi Guritno, 17, pemilih pemula yang bersekolah di SMKN 2 Solo memilih browsing internet dan bertanya pada lingkungan sekitar untuk menguatkan pilihannya. Meski sudah tahu pasangan calon yang maju, ia kurang mantap jika belum mengetahui visi-misi calon pemimpin. “Sosialisasi yang ada kurang menginfokan program riil. Namun saya akan cari tahu sendiri. Ini pengalaman pertama jadi harus memilih.”

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo, Agus Sulistyo, mengatakan pemilih pemula di Pilkada berjumlah 9.885 jiwa atau sekitar 2,4% dari total jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT). Mengacu sejumlah riset yang dilakukan KPU tahun kemarin, dia optimistis tingkat partisipasi pemilih pemula bakal signifikan. Dia menampik kekhawatiran apatisme yang sering dilekatkan pada generasi muda.

“Dari riset yang melibatkan 200 responden, tingkat kehadiran pemilih pemula di pemilihan legislatif 2014 sebesar 88%. Di pilpres 2014 bahkan lebih tinggi, 93%,” urainya.

Kalangan pemilih pemula tak dipandang sebelah mata oleh tim sukses kontestan pilkada. Ketua tim pemenangan Anung Indro Susanto-M. Fajri (Afi), Sugeng Riyanto, menyebut sumbangan suara dari pemilih pemula akan sangat berarti dalam persaingan ketat. Selama ini Afi telah melibatkan kalangan muda dalam sosialisasi dan kampanye seperti aksi freeze mob. “Setiap segmen pemilih akan sangat berarti karena banyak analisis yang menyebut siapapun yang menang di Solo, selisihnya tidak akan banyak.”

Ketua tim pemenangan Rudy-Purnomo, Putut Gunawan, mengatakan timnya seringkali melibatkan anak muda dalam setiap kegiatan. Saat ini PDIP memiliki 2.000 sukarelawan moncong putih dan 2.000 taruna merah putih yang berasal dari generasi muda. “Kami tak sekadar mengajak anak muda untuk memilih Rudy-Purnomo. Kami mendorong pemilih pemula melek politik karena dalam sejumlah survei ada kecenderungan mereka apatis.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya