Soloraya
Minggu, 22 November 2015 - 12:40 WIB

PILKADA SRAGEN 2015 : Ingin Pilkada Sukses, 5 Pria Ini Jalan Kaki Keliling Sragen

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lima orang berjalan tanpa alas kaki saat menelusuri jalan kampung di wilayah Kecamatan Karangmalang, Sragen, di akhir ritual tepung gelang, Sabtu (21/11/2015). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pilkada Sragen 2015 dilaksanakan bersamaan dengan pilkada serentak pada 9 Desember nanti.

Solopos.com, SRAGEN – Lima pegiat spritual Jawa menjalankan laku prihatin tepung gelang (melingkar) untuk menyukseskan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sragen 2015.

Advertisement

Sejak Senin (16/11/2015) malam, mereka berjalan mengelilingi tapal batas Kabupaten Sragen mulai dari ujung timur Kecamatan Sambungmacan menuju Kecamatan Jenar, Tangen, Gesi, Mondokan, Sumberlawang, Miri, Gemolong, Kalijambe, Plupuh, Masaran, Kedawung, Sambirejo, Gondang, dan kembali lagi ke Sambungmacan.

Rombongan membawa bekal pakaian dan perlengkapan salat serta air putih seadanya. Niat dan tujuan mereka hanya satu yakni agar Pilkada Sragen 2015 berjalan lancar dan damai serta menghasilkan figur pemimpin yang benar-benar menjadi harapan rakyat.

Kelima orang itu terdiri atas Nugroho sebagai pemimpin rombongan yang beranggotakan Joko Suripto, Joko Sumantri, Sutardi, dan Hartoyo. Sebelum memulai lelaku, mereka menyempatkan diri untuk menabur bunga di Makam Pangeran Sukowati di wilayah Tanon.

Advertisement

Pada Sabtu (21/11/2015) pag, mereka mengakhiri perjalanan panjang selama enam hari.

“Kami menginginkan supaya pilkada Sragen itu benar-benar membawa amanat rakyat. Di balik ingar bingar pesta demokrasi ini, kami berniat ikhlas agar pilkada berjalan lancar dan damai. Selain itu, kami juga ingin mencari gambaran sosok pemimpin yang benar-benar bisa membawa amanat rakyat,” ujar Joko Suripto saat berbincang dengan solopos.com, Sabtu siang.

Selama perjalanan mereka selalu wiridan dengan mengagungkan asma Tuhan. Setiap masuk waktu salat, mereka berhenti di masjid atau rumah penduduk untuk menunaikan sembahyang seraya melepas lelah.

Advertisement

Mereka memilih waktu istirahat pada saat siang hari, sejak pukul 11.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Mereka berjalan sepanjang malam di saat semua orang tertidur lelap.

“Kami berhenti di lima rumah penduduk dan satu masjid. Selama perjalanan, kami selalu menyapa siapa pun yang bertemu. Ya, sekadar say hello. Mereka iba dengan laku prihatin kami. Banyak warga yang menawarkan makanan dan tempat istirahat. Bahkan beberapa perwira Koramil ingin menjemput kami seusai ritual karena terharu dengan pengorbanan kami,” kata Nugroho.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif