SOLOPOS.COM - Kader banteng ketaton saat berkumpul di Sragen, Selasa (22/9/2015). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Pilkada Sragen, kader senior PDIP Sragen menilai ada pengkhianat di tubuh DPC PDIP Sragen.

Solopos.com, SRAGEN--Para kader senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sragen yang tergabung dalam Komite Penyelamat Partai Banteng Ketaton Sragen mengkritisi kebijakan DPC PDIP Sragen.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Puluhan mantan Komisaris Kecamatan (Pimpinan Anak Cabang) dan Komisaris Desa (Ranting) juga mencium adanya indikasi penghianatan di internal PDIP untuk kepentingan pilkada 2015.

Koordinator Komite Penyelamat Partai (KPP) Banteng Ketaton Sragen, Didik Cahyono, bersama enam kader senior lainnya mengumpulkan 85 kader PDIP se-Sragen di Rumah Makan Ayam Resto Sragen, Selasa (22/9/2015).

Mereka mengkritik kekalahan PDIP yang pernah mengusung Pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Darmawan (Yuda) pada pilkada 2011. Selain itu, mereka juga mempertanyakan hilangnya enam kursi pada pemilu legislatif (pileg) 2014 dari 17 kursi menjadi 11 kursi.

“Komite ini dibentuk berdasarkan keprihatinan kader senior PDIP menjelang pilkada. Kami kader PDIP nonstruktural meminta DPP dan DPD PDIP memberi sanksi tegas kepada pengurus DPC ke bawah. Kami menemukan fakta personel struktur partai cenderung berkhianat pada pilkada 2011. Pilkada 2011 yang mengusung Yuda dengan kekuatan 33 kursi ternyata kalah. Saya khawatir pada pilkada 2015 juga ada indikasi pengkhianatan serupa di internal PDIP,” ujar Didik yang juga mantan Wakil Sekretaris DPC PDIP Sragen saat ditemui wartawan, Selasa siang.

Didik mencium adanya indikasi pengkhianatan di struktur PDIP di bawah kepemimpinan Bambang Samekto. Didik dan kader senior PDIP mengambil sikap untuk menginventarisasi bentuk-bentuk pengkhianatan tersebut dan akan disampaikan ke DPP dan DPD.

Dia berharap DPC tanggap dengan gejala pada massa PDIP akar rumput.

“Mestinya ada upaya rekonsiliasi DPC dengan kader akar rumput untuk menjaga soliditas partai. Selama ini kader akar rumput seolah diterlantarkan. Bahkan para calon yang mendaftar ke PDIP dibiarkan melobi langsung ke DPP,” tambah dia.

Atas dasar indikasi-indikasi tersebut, Didik mengarahkan para kader senior PDIP untuk mendukung tiga pasangan calon nasionalis dari empat calon yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pilkada 2015. Ketiga calon yang dimaksud terdiri atas pasangan Sugiyamto-Joko Saptono (Suko), pasangan Agus Fatchur Rahman-Djoko Suprapto (Amanto) dan pasangan Jaka Sumanta-Surojogo (Jago).

Didik menilai pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Dedy Endriyatno (Yuni-Dedy) bukan merupakan calon nasionalis.
Didik menjelaskan simbol salam dua jari sahabat rakyat yang dipasang di sudut atas backdrop acara konsolidasi Banteng Ketaton. Dia mengatakan simbol dua jari itu merupakan simbol semangat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berhasil memenangi pemilihan presiden (pilpres) 2014.

Sementara itu, Ketua DPC PDIP Sragen, Bambang Samekto, justru mendorong Didik Cahyono supaya melaporkan indikasi pengkhianatan itu kepada struktur partai.

Dia meminta Didik sebagai kader PDIP yang baru direhabilitasi namanya supaya menyebut nama pengkhianat partai itu dengan jelas.

“Saya ingatkan lagi, ulah Didik itu sebenarnya sebagai bentuk kekecewaannya karena tidak masuk kepengurusan DPC. Kami sengaja tidak memasukkan Didik dalam kepengurusan karena status keanggotaannya masih bermasalah. Kami justru yang membantu merehab status keanggotannya dalam forum kongres. Kalau bikin ulah lagi ya tinggal menganulir saja,” kata Totok, sapaan akrab Bambang Samekto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya