Soloraya
Rabu, 16 November 2016 - 20:40 WIB

PILKADES SRAGEN : Botoh Mulai Bergerak, Ini Modus-Modusnya

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Antara)

Pilkades Sragen, para pejudi atau botoh mulai bergerak mengincar cakades  potensial.

Solopos.com, SRAGEN — Para botoh yang bakal bermain dalam pemilihan kepala desa (pilkades) di 19 desa di Bumi Sukowati mulai mengincar calon kepala desa (cakades) yang memiliki potensi menang.

Advertisement

Pergerakan botoh itu menjadi perbincangan warga di sejumlah desa yang bakal menggelar pilkades pada 6 Desember mendatang.

Seorang pengamat botoh Sragen, BK, 50, saat ditemui Solopos.com, Rabu (16/11/2016), mengatakan para botoh sudah turun jauh hari untuk memetakan berapa desa yang akan mengadakan pilkades pada tahun ini.

Para cakades potensial pun sudah dilirik para botoh. Para botoh itu berasal di wilayah Kudus, Pati, Grobogan, dan beberapa wilayah di pantai utara (pantura) Jawa.

Advertisement

Dia menyampaikan sejumlah desa yang hanya memiliki dua cakades atau head to head sering kali menjadi pilihan untuk taruhan para botoh, seperti di Sumberejo (Mondokan), Sidokerto (Plupuh), Kalangan (Gemolong), Banyurip (Sambungmacan), Plosorejo (Gondang), Jambanan (Sidoharjo), Purwosuman (Sidoharjo), dan desa lainnya.

“Di warung-warung makan banyak warga yang berbincang tentang botoh pilkades,” tuturnya.

Modus botoh bermacam-macam, seperti transaksi lewat ponsel, transaksi lewat orang kepercayaan, atau transaksi langsung bertemu di tempat tertentu tetapi tidak membawa uang.

Advertisement

Mantan anggota tim sukses dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Sragen 2015, RM, 51, menilai Sragen menjadi gudangnya botoh saat pilkades. Dia mengatakan Sragen menjadi daerah pilihan untuk taruhan para botoh karena warganya berani pasang taruhan dengan nilai besar.

“Sragen itu terkenal dengan keberanian pasang taruhan besar. Selain para botoh murni judi dari luar Sragen, juga ada botoh dari internal Sragen. Botoh Sragen ini lebih pada memberi bantuan modal kepada cakades dan bila menang meminta imbalan bengkok selama satu periode jabatan,” tutur dia.

Sementara itu, Kasat Reserse dan Kriminal Polres Sragen, AKP Supadi, sudah mencium modus-modus para botoh. Berdasarkan modus-modus itu, Supadi melakukan penyuluhan kepada warga di Gemolong dan Sambungmacan agar segera menyampaikan ke polisi bila mengetahui indikasi praktik botoh.

“Kami bekerja secara profesional saja. Kalau kami menemukan pelaku botoh ya ditindak sesuai aturan yang ada. Kalau dapat kiriman pelaku botoh berarti rezeki. Isu-isu yang menjadi perhatian publik selalu menjadi perhatian kami. Botoh itu memang jarang yang konangan [ketahuan],” ujar dia mewakili Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif