Soloraya
Jumat, 3 Mei 2019 - 18:30 WIB

Pimpinan Ponpes di Boyolali Diadukan ke Polisi Atas Tuduhan Lecehkan Santri

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI — Pimpinan Pondok Pesantren Tahfizul Quran (PPTQ) di Desa Manggis, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, berinisial AZ, diadukan ke Polres Boyolali karena diduga melecehkan dua santri ponpes tersebut.

Kedua santri itu, F, 18, dan Z, 16, mendatangi Mapolres Boyolali, Kamis (2/5/2019). Kedua warga Gemolong, Sragen, ini mengadukan pimpinan pondok itu, AZ, atas tindakan yang diduga melecehkan mereka.

Advertisement

Dua santri ini datang bersama orang tua masing-masing serta Koordinator Aliansi Peduli Perempuan Sukowati, Sugiarsi. Sugiarsi mengatakan F memberi tahu suatu hari sekitar satu setengah bulan lalu setelah mandi dia dicegat AZ di jalan keluar kamar mandi perempuan.

Padahal, saat itu F hanya mengenakan handuk dan semestinya AZ tahu kamar mandi tersebut khusus perempuan. “Setelah mandi, di depannya sudah ada dia [AZ]. Padahal dia [AZ] tahu itu tempat santri perempuan. Disuruh pergi tidak mau, terus diteriaki baru dia [AZ] pergi. Seharusnya kan dia tidak boleh begitu,” ujar Sugiarsi saat ditemui wartawan di Mapolres.

Advertisement

Padahal, saat itu F hanya mengenakan handuk dan semestinya AZ tahu kamar mandi tersebut khusus perempuan. “Setelah mandi, di depannya sudah ada dia [AZ]. Padahal dia [AZ] tahu itu tempat santri perempuan. Disuruh pergi tidak mau, terus diteriaki baru dia [AZ] pergi. Seharusnya kan dia tidak boleh begitu,” ujar Sugiarsi saat ditemui wartawan di Mapolres.

Pada waktu lain, AZ pernah meminta F membuatkan teh dan mengantarnya ke kamar AZ. Saat F di dalam kamar, AZ menutup pintu dan merayu F agar mau dipangku. Tapi saat itu F berhasil kabur.

Sementara itu, santri lain Z, mengaku malah pernah dicium dan dipegang bagian bokongnya oleh AZ. “Ini sangat kami sayangkan. Seorang pimpinan pondok yang seharusnya mendidik santri dengan contoh yang baik malah berperilaku seperti itu. Siapa orangnya yang tidak marah dibegitukan,” imbuh Sugiarsi.

Advertisement

“Saya sebagai ibu tidak terima. Makanya saya suruh F nglajo [ke pondok pulang-pergi, tidak mondok lagi] biar aman. Sekarang anak saya sudah keluar dari pondok,” imbuhnya.

Sementara itu, Sugiarsi menduga AZ tidak hanya melakukan perbuatan tidak senonoh kepada F dan Z. “Santri yang mengaku kan dua, tapi bisa saja lebih. Makanya kami juga terus mencari santri lain yang mungkin mengalami hal yang sama,” imbuh Sugiarsi.

Sementara itu, Kasatreskrim Polres Boyolali Iptu Mulyanto mewakili Kapolres AKBP Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan masih meminta klarifikasi kepada para pengadu. “Iya, mereka datang ke Mapolres untuk mengadukan apa yang mereka alami di pondok. Katanya mereka diperlakukan tidak semestinya. Karena ini bersifat aduan, kami akan klarifikasi dulu kepada para pengadu. Sedangkan teradunya nanti kami lihat dulu hasil klarifikasi pengadu,” ujarnya kepada wartawan di ruangannya.

Advertisement

Sementara itu, AZ mengakui telah melakukan seperti yang diungkapkan pengadu. Namun hal tersebut dilakukan atas dasar kasih sayang seperti orang tua kepada anak-anaknya sehingga terkadang kelewat batas.

“Iya. Memang saya akui saya khilaf. Itu saya lakukan karena saking sayangnya saya kepada mereka. Karena mereka sudah saya anggap seperti anak-anak saya sendiri sehingga mungkin kelewat batas. Kalau yang di kamar mandi, memang kadang saya betulin pipa. Maklum di pondok ini banyak yang harus saya kerjakan sendiri,” ujar AZ yang berambut gondrong ini saat ditemui wartawan di pondoknya, Jumat (3/5/2019).

Dia mengaku sudah mendatangi orang tua salah satu santrinya untuk mengklarifikasi dan meminta maaf. “Sekitar satu setengah bulan yang lalu kami sudah ke rumahnya menyelesaikan masalah ini dan saya sudah maminta maaf,” ujarnya.

Advertisement

Terkait aduan itu, AZ mengaku hanya bisa pasrah. “Ya namanya khilaf. Saya pasrah saya mau bagaimana nantinya.”

Sementara itu, berdasarkan pantauan Solopos.com, di pondok tersebut tidak ada papan namanya. Di dalam lingkungan pondok terdapat rumah rumah yang ditinggali AZ, sebuah bangunan tingkat dua yang belum jadi, serta deretan ruang-ruang kelas.

Menurut AZ, pondok ini dihuni sekitar 180 santri seusia SMP hingga SMA. Mereka berasal dari berbagai daerah dan hampir semuanya mondok. “Hanya sedikit yang pulang-pergi,” imbuh AS.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif