Magdalena Naviriana Putri / Kaled Hasby Ashshidiqy | SOLOPOS.com
SOLOPOS.COM - Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Sarjanto, saat ditemui dalam kegiatannya di Embung Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo, Senin (11/12/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)
Solopos.com, SUKOHARJO — Pintu air Dam Colo telah dibuka sejak Sabtu (9/12/2023) meski tinggi muka air (TMA) Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri berada di 126,5 meter di atas permukaan laut (mdpl). Angka tersebut sebenarnya belum mencukupi syarat minimal TMA 127 mdpl agar pintu air itu bisa dibuka. Akibatnya, aliran air belum optimal mengairi persawahan di Sukoharjo.
“Jadi sekarang ini posisinya pintu air Dam Colo sudah dibuka tetapi belum optimal. Belum bisa masuk ke lahan pertanian sehingga airnya masih tergenang di saluran induk. Kami masih menunggu air hujan yang cukup untuk memulai musim tanam [MT] I,” ungkap Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Sarjanto, saat ditemui dalam kegiatannya di Embung Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo, Senin (11/12/2023).
Meski demikian sudah ada beberapa petani yang mengolah sawahnya sehingga kemungkinan musim tanam hingga panen raya di Sukoharjo tidak akan serentak. Seperti di Desa Karangwuni, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, beberapa petani telah mengolah lahan lantaran sumur alternatifnya cukup untuk mengairi sawah mereka.
Jika olah tanah dan musim tanam dilakukan serentak saat ini, Sarjanto memastikan air yang tersedia belum akan mencukupi kebutuhan. Sebab luasan sawah di Sukoharjo sekitar 7.500 hektare. Sementara curah hujan di daerah tangkapan air di atas Waduk Gajah Mungkur intensitasnya masih rendah.
Jika olah tanah dan musim tanam dilakukan serentak saat ini, Sarjanto memastikan air yang tersedia belum akan mencukupi kebutuhan. Sebab luasan sawah di Sukoharjo sekitar 7.500 hektare. Sementara curah hujan di daerah tangkapan air di atas Waduk Gajah Mungkur intensitasnya masih rendah.
Meski musim tanam mundur, para petani menargetkan sekitar 1-15 Januari 2024 mendatang mereka telah selesai menanam padi.
“Sehingga kami minta kepada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo [BBWSBS] agar tidak mengambil air dari Waduk Gajah Mungkur. Tetapi hanya memanfaatkan air luapan dari Bengawan Solo dan Walikan yang berada di atas Dam Colo,” beber Sarjanto.
Ia mengaku para petani ingin segera menanam padi agar memperoleh harga gabah yang masih tinggi. “Kalau cepat menanam kami masih akan mendapatkan harga gabah yang cukup tinggi Rp7.200/kilogram,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Bagas Windaryatno, mengatakan hasil panen di beberapa wilayah di Sukoharjo pada pertengahan hingga akhir November 2023 lalu cukup memuaskan. Petani yang berhasil panen tersebut berada di wilayah Tawangsari, Nguter, Sukoharjo, Bendosari, Mojolaban, dan Polokarto.
Perjuang petani menghadapi cuaca panas ekstrem akibat fenomena El Nino terbayarkan dengan hasil panen di atas rata-rata yakni 8-9 ton per hektare. “Hasil panen padi kali ini tidak hanya menambah stok pangan daerah. Namun juga jaminan ketersediaan beras menghadapi Natal 2023 dan Tahun Baru 2024,” jelas Bagas.
Ia mengatakan stok beras diperkirakan aman hingga Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 mendatang, meski ia tak menyebut spesifik jumlah stok cadangannya. Kebutuhan beras Sukoharjo sepenuhnya disuplai petani lokal.
“Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah lumbung pangan dan mampu surplus beras. Semuanya disuplai dari panen padi petani lokal. Meski permasalahan di lapangan memang ada kenaikan harga. Hal itu karena tingginya kebutuhan beras sebagai sumber pangan di semua daerah di Indonesia bahkan dunia,” lanjutnya.
Bagas mengaku optimis pada 2023 ini Sukoharjo masih akan mengalami surplus beras seperti tahun-tahun sebelumnya meskipun ada El Nino.