SOLOPOS.COM - Dua orang umat Hindu menyiapkan penjor guna perayaan Peodalan atau hari ulang tahun Pura Pemacekan, Minggu (7/9/2014). Pura tersebut terletak di Dusun Pasekan, Desa Keprabon, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar. (Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR—Ribuan warga Bali bakal menghadiri Piodalan di Pura Pemacekan, Dusun Pasekan, Desa Keprabon, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar.

Mereka mulai berdatangan di pura tersebut mulai pekan kemarin. Pura Pemacekan merupakan Petilasan Kyai I Gusti Ageng Pemacekan dan Parhyangan Sapta Pandita. Piodalan dilaksanakan pada Purnama Katiga, setiap setahun sekali, yang kali ini jatuh pada 9 September 2014.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Menurut Pemangku Pura Pemacekan, Jero Mangku Pasek, warga Bali mulai berdatangan sejak Selasa (2/9/2014 lalu. Hingga selepas puncak Peodalan Jumat (12/9), kedatangan umat Hindu Bali bakal bertambah banyak.

“Sejak tanggal 2 September, sudah ada yang datang sekitar 750an orang. Hingga tanggal 12 September, kemungkinan yang datang dari Bali sampai 1.500an umat,” terang dia, saat dijumpai Solopos.comdi Pura, Minggu (7/9).

Jero mengungkapkan kedatangan umat, berkaitan dengan sujud bakti terhadap leluhur umat Hindu Bali yang berasal dari tanah Jawa. Persiapan Peodalan, sambung dia, diantaranya adalah pembuatan penjor yang memiliki arti gunung sebagai pusat spiritual.

Di ujung penjor diberi pemberat hingga melengkung ke bawah yang memiliki arti meski selalu berpusat kepada Sang Hyang Widhi, umat harus tetap ingat kepada bumi atau alam.

“Selain itu, kami persiapkan pula kain wastra yang dipasang di setiap sudut pura. Wastra dipasang sejak tiga hari sebelum puncak Peodalan. Setelah upacara digelar, wastra kembali disimpan,” jelasnya.

Jero mengurai pura juga menyiapkan sesajen khusus daksina lingga sebagai persembahan kepada Dewa Syiwa. Sesajen tersebut berisi kelapa dan telur.

Pura Pemacekan adalah petilasan dari tokoh pemuka masyarakat dan agama pada zaman dahulu. Pada 11 Februari 2005 pura tersebut secara resmi berada di bawah naungan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR), salah satu organisasi yang menaungi pura leluhur.

“Kedatangan warga Bali ke sini [pura] adalah sebagai wujud kecintaan kepada leluhur. Bukan hanya soal ibadah, namun sembah bakti kepada para pendahulu,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya