Soloraya
Senin, 28 April 2014 - 18:46 WIB

Pipa Dihantam Longsor, 200 Warga Merapi Terancam Krisis Air Bersih

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, KLATEN — Sekitar 200 warga yang tinggal di Dusun Gedong Ijo, RT 005 dan RT 006 di RW 002, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, terancam kesulitan mendapatkan air bersih. Pasalnya, pipa yang digunakan untuk menyalurkan air dari sumber yang ada di lereng selatan Gunung Merapi mengalami pecah akibat musibah longsor.

Data yang dihimpun Solopos.com, musibah longsor tersebut terjadi sekitar dua pekan yang lalu. Kondisi tersebut membuat pipa yang menyalurkan air dari sumber di Goa Lowo yang ada di Bukit Bibih terkubur material dan akhirnya pecah.

Advertisement

Akibatnya, air yang bersumber dari ketinggian 1.500-an meter di atas permukaan laut tersebut tidak bisa mengalir ke bak penampungan yang berada di areal perkampungan warga. Jarak dari sumber alami menuju bak penampungan yakni sekitar 2,5 km. Akses untuk menuju sumber tersebut hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki. Sebab, jalan yang dilewati cukup terjal dan sempit untuk dilewati kendaraan.

Ketua RT 005/RW 002, Damto Ridwan, mengatakan setidaknya ada sekitar 53 kepala keluarga (KK) atau 200 warga yang memanfaatkan air dari sumber alami tersebut. Menurutnya, air dari sumber alami tersebut merupakan satu-satunya air bersih yang bisa dimanfaatkan warga.

Pasalnya, truk tangki yang mengangkut air tidak bisa masuk ke dusun setempat karena jalan yang menanjak. Apalagi, jarak dusun setempat dengan puncak Merapi hanya sekitar 4 km.

Advertisement

“Saat ini kerusakan pipa yang pecah belum begitu terasa. Sebab, warga masih bisa memanfaatkan tampungan dari air hujan,” katanya kepada wartawan di lokasi, Senin (28/4/2014). Namun, sambung dia, kesulitan air bersih akan dirasakan saat musim kemarau tiba karena bak penampungan air milik warga tidak akan terisi air.

Sementara, salah satu warga setempat, Wardi Sukarto, 51, mengatakan warga biasa memanfaatkan air itu untuk keperluan minum dan memasak. “Sedangkan, untuk mencuci dan minum ternak menggunakan bak penampungan air hujan. Khawatir juga kalau kemarau tiba dan pipa yang pecah belum diperbaiki,” katanya kepada wartawan di lokasi, Senin.

Sementara, Kepala BPBD Klaten, Sri Winoto mengatakan bak yang bisa menampung 120.000 liter air tersebut dibangun dari dana siap pakai APBD Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan bak tersebut rampung  pada akhir 2013 dengan menelan biaya sekitar Rp120 juta.

Advertisement

Menurutnya, bak tersebut sengaja dibangun untuk menyuplai air bersih bagi warga setempat. Sebab, dusun tersebut memang sulit diakses oleh truk tangki air bersih. “Rencananya, kami segera melakukan perbaikan agar warga bisa memanfaatkan air bersih kembali,” katanya kepada wartawan di lokasi, Senin.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif