SOLOPOS.COM - Kepala Resort Ampel, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Ekowati Murwaningsih, saat memegang pipa air yang terbakar di Mongkrong, Jlarem, Gladagsari, Boyolali, Senin (30/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Puluhan kilometer pipa air di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu wilayah Dukuh Mongkrong, Desa Jlarem, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, hangus terbakar akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi sejak Sabtu-Minggu (28-29/10/2023) malam.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kasubbag Pembangunan Setda Boyolali, Ali Suprapto, saat ditemui wartawan di Mongkrong, Senin (30/10/2023) siang. “Kalau pipa yang terbakar, datanya dari Pak Siswanto [Kadus 1 Jlarem], kurang lebihnya 25 kilometer sampai sini,” kata dia.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sekitar 25 kilometer pipa tersebut berasal dari empat sumber yang ada di wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu. Ia menyebutkan empat sumber tersebut saling berkaitan. Ia menjelaskan rata-rata pipa yang berada di kawasan gunung yang terbakar. “Yang sampai sini kan rata-rata habis, kebutuhan [pipa] sekitar 25 kilometer,” lanjut dia.

Lebih lanjut, Ali mengatakan saat ini dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali masih mendata kerusakan pipa. Untuk bantuan, ia menjelaskan akan diusulkan terlebih dahulu ke dinas terkait. Ia juga akan berkoordinasi terkait kebutuhan warga. “Diupayakan secepatnya, pokoknya kami terus berkoordinasi,” jelas dia.

Jika nanti telah mendapatkan persetujuan untuk diberikan bantuan pipa, Ali mengatakan kemungkinan dibutuhkan waktu satu pekan untuk membenahi pipa. Bahkan, ia memperkirakan kurang dari sepekan karena gotong royong masyarakat masih kuat.

Kades Jlarem, Teguh Karyanto, memerinci ada sekitar 24-25 kilometer pipa air yang terbakar di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang mengarah ke Jlarem. Ia memerinci ada pipa terbakar sekitar lima kilometer dari sumber ke Dukuh Ngaglik, ke Grogolan lima kilometer, ke Mongkrong lima kilometer, ke Tegalrejo lima kilometer. Kemudian, yang dialirkan ke Dukuh Sukodono, Gemawang, Sidorejo, Sugihwaras, Kumpulrejo total kurang lebih empat kilometer.

“Itu total dan rincian yang terbakar. Kalau dari sumber ke pemakai [warga] bervariasi, ada yang tujuh kilometer, ada yang delapan kilometer,” kata dia.

Sementara itu, Kadus 1 Jlarem, Siswanto, mengatakan saat ini warga hanya mengandalkan bantuan air bersih dari para donatur. Ada sekitar 300-an keluarga yang terdampak tidak bisa memperoleh air bersih karena kebakaran Gunung Merbabu yang membakar pipa air mereka.

Ia mengatakan pihaknya telah menghubungi beberapa donatur untuk terus mengirimkan bantuan air bersih ke Jlarem. Sejak air mati pada Sabtu (28/10/2023), bantuan air telah mengalir ke desanya pada Minggu (30/10/2023). “Padahal kondisi susah air bisa sampai minimal 15 hari sampai pipa dibenarkan. Kalau sekarang dari sumber itu sudah macet total karena saluran utamanya sudah terbakar,” kata dia.

Ia menjelaskan untuk naik membenarkan pipa harus menunggu sampai api padam dan tanah dalam kondisi dingin. Siswanto menyampaikan pipanisasi dari sumber air di Merbabu tersebut telah berjalan sejak 40-an tahun.

Selama 40 tahun, Siswanto menjelaskan baru tiga kali pipa terbakar karena kebakaran hutan dan lahan Merbabu yang besar. Yang pertama kejadian sebelum 2018 akan tetapi ia tidak yakin betul waktunya.

Kedua, pada 2018 dan ketiga pada 2023 ini. Pada dua kebakaran yang lalu, ia menuturkan Pemkab Boyolali selalu memberikan bantuan. Sehingga, ia berharap pada kejadian ini juga diberikan bantuan.

Terpisah, Ketua RT 007/RW 001 Mongkrong, Warno, menyampaikan empat sumber air yang digunakan warga terdampak yaitu Gandul Bawah, Jarakan, Sipendok Bawah, dan Sipendok Ketu. Empat sumber air tersebut mengaliri wilayah Desa Jlarem dan Ngadirojo. Ada sekitar 52 keluarga atau 164 jiwa yang memanfaatkan air dari Gunung Merbabu.

Di RT-nya sendiri menggunakan sumber air dari mata air Sipendok Bawah. “Kurang lebih ada 3.000 meter pipa yang tidak bisa dipendam, dari 5.000 meter. Sekarang yang terbakar ya kurang lebih 3.000 meter,” kata dia.

Ia menjelaskan instalasi pipa sepanjang 5 kilometer dari Mongkrong ke sumber mata air dipasang sekitar 2018. Pada saat itu, biaya murni dari swadaya masyarakat dengan iuran sebesar Rp1,5 juta per rumah. Ada sekitar 41 rumah pada saat itu. Uang yang terkumpul kemudian ditambah kas sekitar Rp20 juta.

“Harapannya pasti ada bantuan dari pemerintah sana untuk membenahi pipa yang terbakar dan air untuk masyarakat bisa lancar kembali,” kata dia. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Suratno, menyampaikan ada sembilan dukuh di Jlarem dan delapan di Ngadirojo yang terdampak akibat terbakarnya pipa di gunung.

Ia menjelaskan sembilan dukuh di Jlarem dihuni oleh sekitar 300 keluarga atau sekitar 1.000 jiwa. Kemudian, untuk delapan dukuh di Ngadirojo mencakup 511 keluarga atau sekitar 1.500 jiwa terdampak krisis air bersih.

Suratno mengatakan BPBD pada Minggu telah mendistribusikan sebanyak tujuh tangki. Terbagi menjadi tiga tangki ke Dukuh Mongkrong, Jlarem dan empat tangki ke Desa Ngadirojo. “Ini [pendistribusian air bersih] akan kami jadwalkan lebih lanjut sampai dengan kebutuhan masyarakat terkait air bersih dapat tersambung lagi dari sumber yang saluran air atau pipanya terbakar,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya