SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sukoharjo (Espos)–Perum Jasa Tirta I Korwil Bengawan Solo bakal mengupayakan hujan buatan menyusul masih kritisnya debit air Waduk Gadjah Mungkur (WGM). Pasalnya, jika kondisi air WGM dibiarkan kritis bisa berdampak luas terhadap pasokan irigasi untuk pertanian.

Kooordinator Wilayah Perum Jasa Tirta I Wilayah Bengawan Solo, Suwartono menyatakan, kendati pihaknya siap menerapkan hujan buatan dengan menggunakan metode teknologi modifikasi cuaca (TMC), namun upaya itu harus melalui tahap pengusulan lantaran harus meminta persetujuan dari Dirjen Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum melalui sidang tim koordinasi pengelolaan sumber daya air (TKPSDA). Pasalnya, untuk menerapkan hujan buatan dibutuhkan dana yang cukup tinggi berkisar Rp 2 miliar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dana itu, menurut Wartono untuk biaya sewa pesawat serta penyediaan peralatan teknis lainnya.

“Kalau kondisi waduk masih kritis maka mau tidak mau kami akan mengusulkan hujan buatan, biayanya memang cukup mahal makanya harus mendapat persetujuan dari Dirjen SDA,” terangnya ketika ditemui Espos, baru-baru ini.

Lebih lanjut dia mengatakan, jika usulan tersebut disetujui maka, praktek hujan buatan bisa dilakukan sekitar bulan April atau di akhir musim penghujan. Dengan  begitu, diharapkan ketinggian air WGM bisa mencapai standar aman yang diharapkan yakni, 136 meter di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan, dalam kenyataanya ketinggian air WGM saat ini hanya 129 meter sehingga perlu dinaikkan dengan menggunakan metode hujan buatan di daerah sekitar hulu waduk.

Caranya, sambung dia, dengan menebar garam di atas gumpalan awan sehingga bisa merangsang turunnya hujan.

“Yang jelas penentuan penerapan hujan buatan ini sekitar bulan Februari pada saat sidang TKPSDA. Penerapan usulan ini juga tentunya akan melibatkan BMKG, tapi kami juga masih menunggu apakah ada kenaikan debit air WGM atau tidak,” katanya.

Suwartono mengatakan, jika pada akhirnya debit air WGM tetap kritis maka hujan buatan mendesak segera dilakukan. Pasalnya, jika debit air tidak segera bertambah pihaknya khawatir pasokan air irigasi pertanian untuk lahan seluas 40.000 hektare yang ada di wilayah Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Wonogiri dan Ngawi, Jawa Timur  yang didistribusikan melalui Dam Colo baik saluran Colo Timur dan Colo Barat terganggu.

Dengan kondisi itu, otomatis bisa mempengaruhi masa tanam 2010 dan 2011.

“Selama ini ada sekitar 80.000 petani yang bergantung pada pasokan irigasi Colo, sehingga untuk membantu mereka harus ada tindak lanjut dalam menangani kritisnya debit air WGM, kami sudah sampaikan usulan ini kepada petani dan pihak terkait,” tukasnya.

Kadiv Asa V/2 Perum Jasa Tira I, Ir Winarno menambahkan, hujan buatan efektif dilakukan pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Menurutnya, penerapan hujan buatan selama ini pernah dilakukan PJT di wilayah Sungai Brantas.

ufi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya