Soloraya
Rabu, 11 Mei 2022 - 17:00 WIB

PKL Keberatan Atas Wacana Bupati Sragen Soal Sterilisasi Sekolah

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para PKL melayani para siswa SD yang membeli dagangan mereka di sebelah barat SDN 4 Sragen, yakni di Jl. Setia Budi Sragen, Rabu (11/5/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Para pedagang kaki lima (PKL) di lingkungan SDN 4 Sragen keberatan dengan wacana sterilisasi sekolah dari PKL. Wacana ini dilontarkan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, untuk mengantisipasi penularan hepatitis akut.

Kebijakan itu dinilai para PKL tak berpihak kepada rakyat kecil seperti mereka. Sebagian besar dari PKL itu selama ini menggantungkan rezekinya dengan berjualan keliling ke sekolah-sekolah.

Advertisement

“Saat ini saja mencari uang sudah susah, kok malah mau dilarang berjualan [di sekolah]. Keluarga kami yang di rumah mau makan apa? Saya masih punya bayi yang butuh susu, popok, makan, dan seterusnya,” ujar Nur Rohim, 37, PKL asal Nglorog, Sragen, Rabu (11/5/2022).

Ia mengaku hanya berjualan di sekolah saat jam pulang siswa. Saat sepi ia mengaku bisa mengantongi omset Rp40.000/hari. Jika ramai bisa Rp80.000/hari. Ia biasa mangkal di sebelah barat SDN 4 Sragen, tepatnya di Jl. Setia Budi.

Nur Rokhim meminta agar wacana sterilisasi sekolah dari PKL jangan sampai terealisasi. Nur mengaku belum setahun jualan di dekat SDN 4 Sragen ini. Ia dan PKL lainnya mangkal di samping SDN 4 Sragen ini paling hanya 30 menit sampai 1 jam sebelum berkeliling ke tempat lain.

Advertisement

Baca Juga: Waspada Hepatitis Akut, Bupati Sragen: Sekolah Steril dari PKL

Hal serup disampaikan penjual es oyen keliling, Agus. Dia mengaku jualan di samping SDN 4 Sragen baru dua tahun, itu pun hanya setiap jam pulang sekolah.

“Kalau di luar jam pulang sekolah keliling ke kampung-kampung. Kami berharap tidak ada kebijakan sterilisasi sekolah dari PKL hanya untuk cegah hepatitis akut yang belum ada di Sragen,” ujarnya.

Advertisement

“Kalau kami tidak boleh jualan biaya sekolah mereka dan penghidupan kami bagaimana?” sambung pedagang lainnya, Jasmani, 51, yang sudah 20 tahun berjualan keliling ke sekolah-sekolah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif