SOLOPOS.COM - Suasana Gladak Langen Bogan (Galabo) Solo. (M Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

PKL Solo di kawasan Galabo sudah saatnya berinovasi.

Solopos.com, SOLO—Kalangan legislator mendukung tindakan tegas Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menarik paksa gerobak yang tak lagi digunakan para pedagang di Gladak Langen Boga (Galabo). Tak hanya Pemkot yang dituntut bertindak, para pelaku usaha kuliner juga diminta berinovasi agar Galabo tak kian turun pamor.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Beberapa waktu lalu, Pemkot melalui Dinas Perdagangan Solo menarik sebanyak 23 gerobak bantuan dari Pemerintah Pusat yang mangkrak, tidak dipakai, kumuh, kotor, dan rusak.

Pedagang yang diberi gerobak itu tak mau lagi berjualan karena sepi pembeli. Kini kawasan kuliner malam di Kota Solo ini menyisakan 23 pedagang yang masih aktif berjualan.

Ketua Komisi III DPRD Solo, Honda Hendarto, mengatakan jika memang para pedagang tak sanggup lagi menjajakan dagangan kuliner di Galabo, semestinya gerobak bantuan itu dikembalikan ke Pemkot. Di sisi lain, kawasan ini perlu pembaruan konsep sehingga bisa kembali menarik banyak pengunjung.

“Jangan terus-terusan menggantungkan pada Pemkot. Galabo ini sudah ditata sedemikian rupa dengan menghabiskan dana yang tak sedikit. Akan tetapi, belakangan mereka yang justru membuat pelayanan buruk. Entah itu harga makanan yang semakin mahal atau rasa yang kurang enak menjadikan konsumen kapok,” ungkapnya, kepada Solopos.com, Minggu (18/6/2017).

Wakil Ketua Komisi III DPRD Solo, Sugeng Riyanto, juga menggarisbawahi perlunya terobosan baru yang inovatif dengan menyesuaikan selera pasar atau konsumen jika ingin Galabo kembali moncer. Ia pun setuju adanya teguran hingga tindak tegas berupa penarikan gerobak bagi pedagang yang melanggar aturan dengan menyewakan kepada pihak lain.

“Jika sudah tidak sanggup berjualan, kembalikan saja. Jangan disewakan apalagi djual kepada orang lain. Gerobak itu bisa dimanfaatkan oleh pedagang lain,” kata Sugeng.

Menurutnya, tren kuliner Solo sekarang mengarah ke wedangan yang dipadu konsep restoran dengan memanfaatkan bangunan-bangunan klasik.

Tempat seperti ini dirasa lebih nyaman untuk sekadar nongkrong atau ngobrol lama tanpa takut kehujanan. Sebaliknya, di Galabo baru gerimis sudah tak representatif untuk pengunjung makan.

Di samping itu, kata Sugeng, memang dibutuhkan survei untuk mengetahui selera pasar soal makanan. Inovasi ini penting demi menjaga eksistensi salah satu pusat kuliner yang menjajakan makanan khas Solo.

Namun demikian, hal itu merupakan tugas pedagang yang menempati, dibantu Pemkot. “Inovasinya juga jangan parsial, seperti ganti pedagang. Apa iya dengan pergantian ini Galabo akan kembali ramai?” kata Sugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya