Solopos.com, SOLO — Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memastikan tidak akan menambah zona untuk pedagang kaki lima atau PKL di area Solo Car Free Day atau CFD. Menurut Gibran, penataan CFD terkini sudah ideal.
Hal itu dikatakan Gibran menanggapi adanya permintaan dan desakan dari paguyuban PKL agar citywalk mulai dari Gladak sampai Ngapeman yang selama ini steril dibuka untuk PKL saat CFD.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Diwawancarai Solopos.com di Balai Kota Solo, Senin (5/9/2022), Gibran mengakui setiap kali bertemu, paguyuban PKL pasti meminta semua jalur citywalk diizinkan untuk jadi ruang lapak PKL.
“Setiap kali ketemu pasti pengin penambahan zonasi padahal saya ingin biar rapi. Ketoke wis tertampung kabeh. Ini CFD, bukan hari bebas PKL berjualan,” katanya.
Ditanya apakah penataan zona PKL di area CFD Solo terkini sudah ideal atau belum, Gibran menjawab sudah. Namun ia mengatakan jawaban lain pasti disampaikan oleh PKL. “Kalau pertanyaan itu disampaikan kepada PKL jawabannya pasti enggak ideal. Padahal kotor itu,” jelasnya.
Baca Juga: Membeludak, PKL CFD Solo Minta Citywalk Gladak-Ngapeman Boleh untuk Jualan
Dia mengatakan kondisi lapak PKL di city walk dari simpang Gendengan sampai simpang Ngapeman ramai semua. Ia senang dengan kondisi tersebut namun ada dampak berupa sampah yang membuat kotor kawasan setelah pukul 09.00 WIB. Sampah menjadi bahan evaluasi.
“Intinya ada yang tanpa PKL dan ada PKL. Idealnya tanpa PKL diisi kegiatan-kegiatan. Misalkan sosialisasi dan senam-senam jangan menumpuk ke [area] PKL,” jelasnya.
Patroli Petugas Dishub
“Ya mbuh tujuannya untuk olahraga atau apa tujuannya kan beda beda. Intinya belum ada keputusan menambah zonasi untuk PKL. Sekarang gini dulu meskipun banyak protes lain-lain kami tetap memfasilitasi,” tambahnya.
Baca Juga: City Walk Penuh, Pedagang Berjualan di Utara Jl. Slamet Riyadi Solo saat CFD
Berdasarkan pantauan Solopos.com, Minggu (4/9/2022) pagi, kondisi jalur CFD Gendengan sampai Ngapeman, Solo, lebih ramai dibandingkan jalur dari Ngapeman sampai Gladak yang tidak ada PKL. Yang membuat Gendengan sampai Ngapeman ramai ada lapak PKL sepanjang city walk.
Pengunjung tidak bisa berjalan cepat di citywalk karena ada lapak PKL sementara pandangan para pejalan kaki ke arah lapak serta ada transaksi antara pedagang dan pembeli. Beberapa pedagang yang tak dapat tempat beralih ke bagian utara Jl Slamet Riyadi, Solo.
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo melalui akun Instagramnya @dishubsurakarta mengunggah konten terkait kegiatan patroli yang mendapati banyaknya event tidak berizin dan pedagang yang berjualan di sisi utara jalan.
Baca Juga: Kunjungi CFD, Presiden Jokowi Sempatkan Tinjau Program Pembangunan di Solo
Selain kepada PKL di sisi utara, petugas patroli juga memberikan peringatan beberapa kendaraan bermotor yang masih parkir di area CFD Solo. Patroli rutin digelar untuk memonitor pelaksanaan dan pengawasan berbagai kegiatan yang menggunakan badan jalan umum selain fungsi jalan.
Pendapat Pegiat Komunitas
Selain itu juga untuk memastikan berbagai event terbebas dari unsur suku, agama, ras dan antargolongan. Di sisi lain, kondisi Ngapemen sampai Gladak cukup ramai meskipun tidak seramai Gendengan sampai Ngapeman.
Beberapa komunitas beraktivitas, antara lain promosi produk, bersepeda, dan sepatu roda. Ketua Surakarta BMX, Angga Eksa, menjelaskan tidak merasa terganggu dengan kondisi CFD terkini.
Baca Juga: Keren! Sekelompok Seniman Muda Solo Ubah Tirai Bambu Jadi Mural Batik Cantik
Menurutnya, yang penting komunitas ada ruang untuk latihan bersama puluhan anggotanya serta tidak ada komunitas yang memakan banyak ruas jalan. “Kadang ada yang mengganggu, ada komunitas lain untuk pameran atau senam yang memakan lebih dari separuh jalan. Kalau enggak sampai separuh jalan masih oke sih tidak mengganggu para pejalan kaki juga,” katanya.
Angga mengatakan 90 persen pengunjung CFD berburu kuliner meskipun mereka juga melakukan aktivitas lain selama CFD. Penataan kuliner lebih terpusat membuat upaya mencari makanan agak jauh namun kini beberapa pedagang mulai berjualan di depan pertokoan Gladak sampai Ngapeman.